Beranda Berita International Harga Nikel masih Ditekan Coronavirus Disease di China

Harga Nikel masih Ditekan Coronavirus Disease di China

559
0

NIKEL.CO.ID, 09 Mei 2022- Harga nikel dunia kembali menurun pada perdagangan hari ini, setelah adanya aktivitas produksi peleburan nikel mulai meningkat di tengah lockdown China karena pandemik Covid-19.

Terpantau melalui Bursa Perdagangan Logam Dunia (LME) pada Senin (9/5/2022), pukul 10.09 WIB, harga nikel dunia tercatat 30.405 dolar AS. Harga tersebut turun dibandingkan dengan penutupan kemarin.

“Untuk semua pembicaraan tentang penguncian Covid-19, aktivitas (peleburan) di China bertahan dengan baik pada April,” kata broker komoditas Marex dan SAVANT.

Kepala analisis Global Marex Guy Wolf mengatakan peningkatan harga selama berbulan-bulan tampaknya mulai mendorong produktivitas di pabrik peleburan. Sehingga, jika tantangan logistik dapat diatasi, mungkin akan ada kelebihan bahan segera dikirim ke gudang perdagangan.

Di sisi lain, permintaan nikel terhambat oleh karantina wilayah (lockdown) di China imbas kenaikan kasus virus Corona (Coronavirus Disease/Covid-19). China adalah konsumen nikel terbesar di dunia. Sehingga permintaan nikel dari China mampu mempengaruhi gerak harganya.

Aktivitas peleburan yang kembali aktif membuat persediaan nikel di gudang bursa logam London (LME) stabil di level 72.000-73.000 ton.

Pada April, rata-rata persediaan nikel di LME tercatat 73.029 ton, hanya turun 1.742 ton. Padahal bulan-bulan sebelumnya persediaan nikel di gudang bisa turun 9.000 hingga 11.000 ton per bulan.

Sementara di Shanghai Metals Market (SMM) nikel berjangka dibuka pada 212.580 Yuan/mt dalam perdagangan semalam dan kemudian berfluktuasi ke atas. Harga ditutup pada 214.200 Yuan/mt, 1.400 Yuan/mt lebih rendah dari hari perdagangan sebelumnya atau turun 0,65%.

Volume perdagangan sebesar 54.600 lot, dan minat terbuka turun 2.388 lot menjadi 54.600 mt lot. Didukung oleh rata-rata pergerakan 60 hari, nikel berjangka terus ditarik kembali. Dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga Fed AS, indeks dolar AS mencapai level tertinggi baru. Nikel LME berfluktuasi lemah selama beberapa hari.

Di Cina, perdagangan komoditas lesu. Harga logam non-ferrous umumnya turun, begitu pula nikel SHFE. Secara fundamental, dengan stabilisasi bertahap dan tren penurunan harga nikel LME yang berkelanjutan, beberapa produsen nikel rafinasi yang mengandalkan impor bahan baku telah kembali berproduksi secara normal pada akhir April, dan sedikit peningkatan output pada April. Kondisi ini pada dasarnya sejalan dengan harapan. Namun, pasokan nikel murni masih terbatas karena jendela impor masih ditutup.

Di sisi permintaan, pandemik di China berdampak besar pada industri manufaktur, yang selanjutnya memangkas permintaan nikel murni. Ketika situasi pandemik semakin membaik, permintaan mungkin menjadi lebih baik. SMM percaya bahwa nikel SHFE akan melemah di pasar masa depan.

(Fia/Editor:Syarif)

Artikulli paraprakVale dan Huayou Sepakat Pengembangan Proyek HPAL Pomalaa
Artikulli tjetërNirwan: Perbaikan Tata Kelola Pertambangan Butuh Komitmen Bersama