Beranda Ekonomi SMM Hentikan Studi Kelayakan di Proyek Smelter Nikel yang Digarap Bersama PTVI

SMM Hentikan Studi Kelayakan di Proyek Smelter Nikel yang Digarap Bersama PTVI

1055
0
President & Representative Director Sumitomo Metal Mining (SMM), Akira Nozaki
President & Representative Director Sumitomo Metal Mining (SMM), Akira Nozaki

NIKEL.CO.ID, 26 April 2022-President & Representative Director Sumitomo Metal Mining (SMM), Akira Nozaki memutuskan bahwa perusahaan tidak melanjuti studi kelayakan (feasibility study/FS) untuk proyek fasilitas smelter nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, yang tengah digarap bersama PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Hal tersebut disampaikan Akira Nozaki dan diumumkan secara resmi melalui keterangan resmi perusahaan, pada Senin (25/4/2022).

SMM mulai bekerja sama dengan PT Vale Indonesia pada 2012, untuk melakukan pre-feasibility study untuk smelter Pomalaa. Sejak 2018, SMM menjalankan FS untuk proyek smelter nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Namun, sebagian karena penyebaran Covid-19, tata cara pengurusan izin dan diskusi dengan PT Vale Indonesia (PTVI) tertunda. Dalam keadaan seperti ini, PTVI mulai mencari alternatif untuk mempromosikan proyek Pomalaa dengan SMM, dan SMM tidak dapat melanjutkan negosiasi dengan PTVI.

“Karena sulit untuk mempertahankan internal dan tim studi proyek eksternal tanpa prospek untuk kemajuan di masa depan, SMM memiliki menyimpulkan bahwa ia tidak punya pilihan selain untuk menghentikan penelitian,” jelas pernyataan resmi SMM, Senin (25/4/2022) seperti dikutip.

SMM menyebut bahwa proyek smelter nikel di Pomalaa ini adalah inti dari strategi SMM untuk mengamankan sumber daya nikel untuk mencapai visi jangka panjang bisa memproduksi 150.000 ton nikel per tahunnya.

Proyek ini juga diposisikan sebagai proyek besar untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam rencana bisnis tiga tahunan yang diungkapkan pada 2021 lalu.

SMM mengungkapkan menyesali  keputusan ini, namun pihaknya berjanji akan melanjutkan proyek ini sekaligus untuk mengamankan sumber daya nikel dalam rangka memperkuat rantai nilai tiga bisnis SMM,  sumber daya mineral, peleburan dan pemurnian, dan material.

“Selain itu, untuk memastikan pasokan yang stabil dari produk nikel SMM, sebagaimana tercantum dalam rencana bisnis tiga tahun SMM,” jelas SMM.

SMM menyadari, terhentinya proyek FS ini akan berdampak minimal pada kinerja perusahaan hingga 31 Maret 2023 mendatang.

“Hal ini akan berdampak minimal pada hasil perusahaan kami pada tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2022 dan 31 Maret 2023,” ungkapnya.

Mengutip CNBC, pada September 2021 PTVI mengungkapkan pihaknya masih mengkaji penggunaan bijih nikel kadar tinggi (saprolit) untuk proyek smelter ini.

Direktur Vale Indonesia Dani Widjaja dalam Public Expose Live 2021, Rabu (8/9/2021), mengatakan bahwa untuk smelter HPAL Pomalaa, Vale sedang menyelesaikan proses studi lanjutan dan perizinan yang diperlukan untuk membangun pabrik HPAL ini. Vale akan menggandeng mitra dari Jepang yang juga merupakan pemegang saham Vale, yakni Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM).

“Itu kami sedang evaluasi dayagunakan bijih saprolit yang akan ditambang bersama limonit di Pomalaa,” kata Dani.

Direncanakan produksi nikel dari smelter HPAL di Pomalaa ini awalnya bisa mencapai sekitar 40 ribu ton per tahun.

PT Vale Indonesia Tbk memang tengah fokus menggarap tiga proyek smelter nikel dengan total investasi mencapai US$ 5 miliar.

Direktur Utama PT Vale Indonesia Febriany Eddy sempat mengatakan tiga proyek smelter nikel tersebut antara lain smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah, dan proyek ekspansi smelter yang telah ada di Sorowako, Sulawesi Selatan. (Herkis)