NIKEL.CO.ID – Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPM RI) menggandeng Universitas Indonesia guna mengembangkan industri baterai nasional.
Sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia berpeluang memperoleh keuntungan ekonomi karena memiliki bahan baku baterai tersebut.
Hal tersebut terkuak dalam kegiatan penandatanganan kerja sama dalam Nota Kesepahaman antara Kementerian Investasi/BKPM dan UI oleh Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan Rektor UI Prof. Ari Kuncoro S.E, M.A, Ph.D secara daring pada Kamis 24 Juni 2021.
Ruang lingkup kerjasama meliputi program magang dan beasiswa antarkedua lembaga, kolaborasi riset, penyelenggaraan seminar bersama, dan bentuk-bentuk potensi kerja sama lainnya.
Penandatangan kerja sama dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan seminar daring dengan tema ‘Prospek dan Tantangan Industri Baterai Nasional”
Dalam sambutannya, Rektor UI Prof Ari Kuncoro berharap seminar dan penandatanganan tersebut menjadi momentum awal kolaborasi antara UI, pemerintah, dan industri dalam rangka membangun ekosistem industri mobil listrik nasional.
“Kerja sama dan kegiatan seminar ini penting untuk memahami pergeseran industri otomotif dunia, dari industri berbasis bahan bakar fossil menjadi industri kendaraan berbahan dasar listrik (electric vehicle/EV),” katanya dalam keterangan tertulis Humas UI.
Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan salah satu visi besar Presiden RI Joko Widodo adalah mewujudkan transformasi ekonomi.
Ilustrasi baterai mobil listrik. Industri baterai nasional tengah dikembangkan Kementerian Investasi/BKPM RI bersama UI demi mengelola sumber daya nikel dalam negeri. /MYEV.com
Salah satunya melalui hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah. Pada tahun 2030 mendatang, sebanyak 70% bahan bakar kendaraan sudah beralih dari fosil menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT).
Dalam hal ini, Indonesia beruntung karena memiliki cadangan sumber daya alam nikel sebesar 25% dari total cadangan di seluruh dunia.
“Indonesia menurut saya sudah saatnya untuk keluar menjadi pemain terbesar dunia, sehingga dunia mengenal Indonesia bukan hanya sekedar Bali, yaitu pariwisatanya. Tapi dunia harus mengenal Indonesia sebagai negara industrialis yang menghasilkan baterai modern,” ujar Bahlil.
Pada sesi seminar daring, hadir Agus Tjahajana Wirakusumah selaku Komisaris Utama PT Industri Baterai Indonesia sebagai salah seorang pembicara.
Dalam pemaparannya, ia mengatakan kendaraan listrik akan mendominasi permintaan pasar otomotif pada tahun 2040.
Seiring dengan hal ini, permintaan akan kebutuhan baterai akan semakin meningkat, karena baterai merupakan salah satu komponen utama dalam EV yang mewakili 12-25 persen dari total bobot komponen kendaraan listrik.
“Di sinilah Indonesia dapat mencari celah keuntungan ekonomi, karena nikel merupakan komponen pembentuk utama katoda baterai, dan Indonesia adalah negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia,” katanya menjelaskan.
Saat ini, potensi ekonomi ini telah ditangkap pemerintah dengan membentuk suatu konsorsium industri baterai nasional, yaitu Indonesia Battery Corporation (IBC) yang terdiri dari PT ANTAM Tbk, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan Perusahaan Holding Mining Industry Indonesia (MIND ID).
Ilustrasi baterai mobil listrik. Industri baterai nasional tengah dikembangkan Kementerian Investasi/BKPM RI bersama UI demi mengelola sumber daya nikel dalam negeri.
Selain itu, saat ini pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) sebagai upaya menumbuhkan ekosistem industri EV di Indonesia.
Dalam konteks UI, pengembangan teknologi EV telah dimulai pada tahun 2012 oleh Fakultas Teknik UI (FTUI) dengan diluncurkannya MOLINA-UI (Mobil Listrik Nasional Universitas Indonesia) serta pengembangan baterai ion-lithium yang hemat energi oleh Departemen Teknik Metalurgi dan Material FTUI.
Hal ini terus dikembangkan sampai saat ini dengan melakukan riset terkait sistem motor listrik, sistem charging baterai, serta kajian sosial ekonomi terkait perubahan perilaku konsumen otomotif.
Narasumber lain yang hadir dalam acara ini adalah Dr. Ir. Hendri DS Budiono, M.Eng (Dekan FTUI), Normansyah Duliar (Direktur Pengembangan Bisnis dan Transformasi MIND ID), Makmur (Chief Operating Officer PT Hyundai Motor Indonesia), Toto Nugroho (Direktur Utama PT Industri Baterai Nasional), dan Darmawan Junaidi (Direktur Utama PT Bank Mandiri).
Kegiatan itu merupakan bagian dari rangkaian seminar daring yang diprakarsai oleh Direktorat Kerjasama UI berkolaborasi dengan mitra-mitra UI untuk mewujudkan konsep kerjasama penta helix yang terdiri dari akademisi, pemerintah, industri, media massa, dan masyarakat.
Sumber: Pikiran Rakyat