NIKEL.CO.ID, 25 Mei 2022-PT PAM Mineral Tbk (NICL) sedang mempelajari teknologi yang dikembangkan di dalam negeri untuk pengolahan dan pemurnian bijih nikel. Step Temperature Acid Leaching (STAL), salah satu teknologi yang dilirik PAM Mineral.
Rencana PAM Mineral membangun pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel semakin mengerucut. Saat ini perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan nikel mempelajari teknologi yang cukup ramai dibicarakan di kalangan pelaku pertambangan nikel. Salah satunya STAL yang dikembangkan PT Trinitan Metals and Minerals Tbk.
“Kami intensif sedang membicarakan konsep pembangunan pabrik hidrometalurgi dengan Trinitan. Kami sudah melakukan uji coba pengolahan bijih nikel dengan teknologi STAL, dan sudah ada hitungan-hitungan awal dalam feasibility study (FS),” kata Direktur Utama PAM Mineral, Ruddy Tjanaka kepada Nikel.co.id.
Menurut Ruddy, Indonesia memiliki cadangan bijih nikel terbesar di dunia. Namun, cadangan bijih nikel kadar rendah (limonit) lebih banyak dibandingkan cadangan kadar tinggi (saprolit).
“Bijih nikel kadar tinggi memang ada, hanya jumlahnya tidak banyak. Jika kita bisa memaksimalkan bijih nikel kadar rendah yang jumlahnya puluhan miliar, sangat bagus prospeknya,” ujarnya.
Dia juga melihat ke depan industri baterai listrik untuk kendaraan listrik akan terus berkembang, tidak hanya di luar negeri tapi juga di Indonesia. Nikel pun tidak hanya digunakan untuk bahan baku baterai listrik, tapi untuk produk-produk lainnya, di antaranya stainless steel, alat-alat rumah tangga, hingga pesawat antariksa.
“Itulah yang membuat kami lebih bersemangat untuk memaksimalkan nikel kadar rendah.Pabrik hidrometalurgi ini akan menyerap bijih nikel mulai dari kadar 1,1% sampai 1,5%,” tuturnya.
PAM Mineral mengestimasi investasi yang akan digelontorkan untuk pembangunan pabrik hidrometalurgi dengan teknologi STAL antara 50 sampai 100 juta dolar Amerika Serikat. Dia berharap mendapatkan hasil maksimal dari industri pengolahan bijih nikel kadar rendah ini.
Sementara untuk teknologi yang dikembangkan negara lain, seperti High Pressure Acid Leach (HPAL), menurut Ruddy, investasinya lebih besar.
Ruddy menekankan, “Kita harus percaya diri, tidak melulu melihat produk-produk dari luar negeri. Sumber daya manusia di Indonesia juga banyak yang ahli di bidang teknologi, permesinan, dan industri.”
Berdasarkan hasil FS, untuk tahap awal diperkirakan pabrik hidrometalurgi ini akan menyerap bijih nikel antara 1 sampai 2 juta ton per tahun. (Syarif/Varrel)