
NIKEL.CO.ID, 1 Maret 2022—Harga nikel dunia kembali naik di bursa perdagangan logam dunia, London Mental Excahage (LME), Selasa, (1/3/2022) pukul 10.00 WIB. Harga komiditas ini mencapai 25.230 dolar AS. Harga ini lebih tinggi dibandingkan penutupan kemarin, Senin (28/2/2022) yang terpatok di 23.045 dolar AS.
Menurut Chief Executive Eramet, sebuah kelompok penambang Prancis, Christel Bories, sanksi Barat terhadap Rusia, sebagai respons atas invasinya ke Ukraina, tak mungkin menghentikan secara total pasokan ke pasar.
Bagi Rusia, sebagai pemasok 7 persen kebutuhan nikel dunia, embargo Barat menambah ketatnya pasokan pada produksi baja nirkarat (stainless steel) saat ini. Tetapi, melihat kedekatan hubungan geopolitik China dengan Rusia, Bories memprediksi, Negeri Tirai Bambu itu kemungkinan besar akan tetap menyerap produksi nikel Negeri Beruang Merah itu.
Produksi nikel dan produk nikel grup meningkat kuat pada 2021, seiring dengan output mangannya.
Sementara itu, produksi bijih nikel di perusahan-perusahaan Kaledonia Baru meningkat 21 persen pada tahun ini menjadi 7 juta ton. Hal ini terjadi karena didorong harga tinggi, tetapi sebagian juga karena kenaikan biaya pengiriman.
Aktivitas di Kaledonia Baru terganggu sepanjang tahun. Penyebabnya antara lain blokade terhadap Vale Brasil pada akhir 2020, cuaca buruk pada kuartal kedua, hilangnya unit pembangkit listrik, dan meningkatnya kasus Covid-19 pada kuartal ketiga, timbul pertanyaan tentang masa depan operasi Eramet di Kaledonia Baru pada Oktober tahun lalu.
Hal tersebut tentu berdampak negatif terhadap produksi feronikel khususnya, yang turun 18 persen menjadi 39.000 ton. Unutngnya, kekhawatiran ini berkurang pada awal bulan ini setelah karena anak perusahaan Eramet Société Le Nickel menerima persetujuan untuk mengekspor bijih nikel tambahan 2 juta ton per tahun.
Ekspor bijih nikel kadar rendah Eramet meningkat sebesar 17 persen menjadi 3 juta wmt pada 2021. Produksi bijih nikel di Teluk Weda, Indonesia, meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Pada 2021, naik menjadi 9,9 juta ton, naik dari 3,41 juta ton tahun sebelumnya. Akan tetapi, kenaikan tersebut tidak memenuhi target tahunan sebesar 12 juta per tahun sebagaimana ditetapkan Eramet pada akhir kuartal kedua 2021.
“Produksi nikel ferroalloy di Teluk Weda naik menjadi 39.000 ton pada 2021. Artinya, naik dari produksi sebelumnya 23.500 ton per tahun. Pabrik nikel ferroalloy di Indonesia beroperasi dengan kapasitas maksimum sepanjang tahun,” kata Eramet.
Produksi nikel kadar tinggi dan garam nikel (nickel salt) di pabrik grup Sandouville di Normandia, Prancis, naik 21,92 persen pada tahun ini menjadi 2021 menjadi 8.900 ton.
“Pasar pertambangan dan logam tetap berorientasi bagus pada awal 2022 dan akan terus tumbuh sepanjang tahun, dengan harga tetap tingkat secara global,” kata Eramet, “Meningkatnya biaya untuk energi, khususnya gas dan listrik, tetap tidak menentu pada 2022. Biayanya akan terus naik dan berpotensi mengurangi keuntungan.”
Sebagaimana diketahui, Eramet memproduksi 7,02 juta ton bijih mangan pada paruh pertama 2021, naik sebesar 21,04 persen dari periode yang sama tahun lalu karena aset pertambangan perusahaan Gabon terus meningkat seiring masuknya belanja modal sebesar €151 juta ($170,2 juta). Pada 2021, produksi paduan mangan pada 2021 meningkat sebesar 7,02 persen YoY menjadi 747.000 ton. (Fia/Editor: Rusdi)