Beranda Berita Nasional Lesbon Sitorus: CPI Juga Harus Mengerti Business Case Tambangnya

Lesbon Sitorus: CPI Juga Harus Mengerti Business Case Tambangnya

723
0
Lesbon Sitorus

NIKEL.CO.ID, 22 JULI 2022—Perencanaan seumur tambang merupakan salah satu subbab dalam pelaporan Kode Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI). Karenanya, competen person Indonesia (CPI) perlu menyusun perencanaan seumur tambang yang nantinya akan dimasukkan dalam laporan KCMI.  

Demikian diungkapkan Lesbon Sitorus kepada Nikel.co.id, seusai memberikan paparan kepada para kandidat CPI dalam “Workshop APNI: Melakukan Estimasi dan Pelaporan Sumber Daya dan Cadangan Nikel Berdasarkan Kode KCMI”, di Novotel Gajah Mada, Jakarta, Selasa (19/7/2022).

“Lebih ke perencanaan seumur tambang. Para calon CPI diberikan materi bagaimana menyusun perencanaan tambang dalam kaitannya dengan pelaporan KCMI,” ujar Lesbon.

Beberapa poin penting dalam pelaporan tersebut yang disampaikan kepada para peserta antara lain sebagai berikut. Pertama, penyampaian tabel cadangan haruslah informatif. Sebanyak mungkin informasi haruslah diberikan secara transparan dan obyektif, misalnya berapa tonasenya, berapa dan apa saja cheminstry-nya, kemudian kapan kira-kira tanggal efektifnya ditambang.  

“Kedua, kita perlu menjadikan tabel cadangan menjadi dasar perencanaan tambang. Contohnya, ketika kita catatkan jumlah cadangan itu ada, misalnya 10 juta ton, maka kita perlu perencanaan tambang itu juga 10 juta ton. Artinya, seimbang antara tabel neraca cadangan dan perencanaan tambangnya,” katanya mengingatkan.

Pria yang tercatat sebagai pegawai Harita Nickel tersebut juga mendorong para kandidat CPI tidak hanya fokus ke perencanaan tambang, tetapi juga mengerti business case-nya seperti apa, proyeknya mau dijadikan seperti apa. Apakah proyeknya itu hanya jualan ore ataukah sampai pengolahan. Menurutnya, hal-hal tersebut juga penting untuk perencanaan tambangnya.

Ia juga mendorong para para kandidat CPI membuka wawasan mereka terkait pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel. Misalnya, katanya memberi contoh, kebutuhan smelter feronikel itu apa. Jangan  sampai dia keliru. Jangan pula mengatakan smelter feronikel akan mengolah bijih nikel dengan kadar 1%, misalnya. Untuk saat ini kan belum ada di Indonesia. CPI juga perlu membuka wawasan tentang hal-hal penting di bagian metalurgi.

“Hal yang perlu pula diperhatikan adalah penyajian informasi dalam bentuk grafik (chart) karena biasanya orang akan lebih senang membaca laporan kita. Misalnya, dalam penyajian beberapa informasi penting, seperti berapa umur tambangnya atau per tahunnya ditambang berapa,” ungkap ayah dari tiga anak ini.

Menurut Lesbon, CPI juga perlu menunjukkan perencanaan tambang yang dibuat di dalam layout (peta). Tidak harus kita yang melakukannya, mungkin orang lain yang membuatnya. Tetapi, ia berpendapat, akan lebih bagus kalau CPI yang melakukannya, menunjukkan di mana lokasinya, di mana jalannya, atau lewat mana ke titik tambang.

“Namun, hal penting yang harus benar-benar diperhatikan dalam pelaporan cadangan nikel adalah tiga prinsip yang ada di Kode KCMI, yakni integritas, transparan, dan materialitas. Di samping itu, saya kira konsep CPI ini kan artinya bukan menghasilkan orang yang superhero. Dia bisa saja meminta advis dari orang lain yang expert di bidangnya, tetapi di bidangnya sendiri ia harus paling tahu karena dia kan rata-rata mining engineer dan posisinya di perencanaan tambang,” katanya menutup perbincangan. (Rusdi)

Artikulli paraprakPT Vale Menyambut Ford Motor Co di Proyek HPAL Pomalaa
Artikulli tjetërEddy Soeparno: Indonesia Memiliki Posisi Tawar sebagai Pemasok Bahan Baku Baterai Listrik