NIKEL.CO.ID, 21 APRIL 2022-National Battery Research Institue (NBRI) melaksanakan diskusi melalui zoom bertema: ‘Peran Perempuan dalam Mendukung Transisi Energi Menuju Net-Zero Emission’ pada Kamis (21/4/2022).
Founder NBRI, Profesor Evvy Kartini menyajikan materi tentang Pentingnya Baterai untuk Merileks pada Energi Transisi. Menurutnya, isu dari transisi energi ini menjadi isu prioritas salah satu pada Presidensi G20 Indonesia 2022, dan masalah ini bukan masalah Indonesia, tapi masalah dunia.
“Kenapa kita hubunganya energi transisi dengan toward zero carbon jadi net-zero emission. Kita tidak bisa mensekuel dari fosil dan non-fosil serta energi terbarukan. Jadi ada waktunya transisi menuju net- zero emission,” kata Evvy Kartini.
Menurut Evvy, penggunaan bahan bakar dari fosil, misalnya dari batubara, lambat laun terjadi peningkatan karbondioksida yang bisa merusak udara dan lingkungan alam, sehingga mengakibatkan bencana alam. Selain itu, bisa mengganggu siklus cuaca, yang seharusnya musim hujan tapi terjadi musim panas, dan sebaliknya.
Dampak lainnya, lanjut Evvy, akan menggangu stabilitas suplai air dan pangan yang dibutuhkan manusia, karena terjadinya perubahan iklim. Belum lagi persoalan polusi udara yang mencemari lingkungan.
Jadi, inilah permasalahan yang ada di dunia. Sehingga dibuat Persetujuan Paris (The Paris Agreement), sebuah traktat internasional tentang mitigasi, adaptasi dan keuangan perubahan iklim pada 2015. Dari sini, ditindak lanjuti Leaders Summit on Climate pada 2021.
Pemerintah Indonesia bahkan telah meratifikasi Perjanjian Paris di New York pada 22 April 2016. Sebagai negara peratifikasi, Indonesia berkomitmen untuk melakukan upaya menurunkan emisi gas rumah kaca dan bergerak aktif mencegah terjadinya perubahan iklim.
“Bukan hanya dunia, Indonesia punya komitmen untuk mencegah terjadinya perubahan iklim, karena hal ini yang dibutuhkan juga oleh Indonesia,” ujar Evvy.
Langkah kongkrit yang dilakukan Pemerintah Indonesia, misalnya saja dilakukan oleh PLN yang mempunyai planning akan mengurangi penggunaan batubara. Penggunaan energi listrik akan di miks,
termasuk juga energi nuklir akan ada exit from coal-fired di tahun 2056, sehingga full menggunakan energi terbarukan.
Dalam rangka menuju net-zero emission, menurut Evvy, Pemerintah Indonesia membuat retirement plan, yang disusun berdasarkan long term strategy di sektor energi. Yaitu pemanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan, misalnya dengan memaksimalkan penggunaan angin, udara, nuklir, dan biomassa.
“Di sinilah penggunaan baterai listrik memegang peranan penting sebagai tenaga penggerak mobil listrik, mesin, dan lainnya,” ujarnya.
Teknologi Electric Vehicle
Evvy Kartini mengatakan, di era net-zero emission penggunaan BBM untuk kendaraan beralih ke penggunaan baterai listrik. Sebagai komitmen Pemerintah Indonesia terhadap Perjanjian Paris, dibuatlah Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2029 tentang Percepatan Kendaraan Program Bermotor Listrik.
“Artinya, pemerintah sangat mendukung adanya electric passion in mobility,” kata Evvy.
Penggunaan kendaraan yang ramah lingkungan akan semakin berkembang. Apalagi, saat ini saja harga BBM terus mengalami kenaikan. Karena itu, menurut Evvy, kendaraan yang menggunakan baterai listrik biaya operasionalnya menjadi lebih murah.
Evvy menyampaikan bahwa di 2025 sudah harus dilakukan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (PKDN). Contoh saja penggunaan teknologi electric vehicle (EV) cu 2 dari industri transportasi.
Menurutnya, Indonesia mempunyai sumber bahan baku baterai listrik yang melimpah, yaitu dari nikel. Nikel dapat diolah menjadi katoda untuk baterai listrik. Komponen bodi mobil pun berbahan baku nikel. (Fia/Syarif)