NIKEL.CO.ID, 19 Desember 2022-Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batubara Indonesia (Aspebindo) Dr. Anggawira, M.M., M.H., mengutarakan, jika sepuluh tahun terakhir pengusaha di Aspebindo menekuni bisnis batubara, sekarang sudah banyak yang mulai diversifikasi ke bisnis mineral.
Ketua Umum Aspebindo, Dr. Anggawira, M.M., M.H., membuka pelaksanaan Indonesia Energi and Mineral Conference 2022 (IEMC 2022) bersamaan dengan agenda Rapat Kerja Nasional II (Rakernas) yang mengangkat tema: “Powering The Future-Energi at The Hearth of Mineral Supply and Investment Opportunities” di The Dharmawangsa, Jakarta, Senin pagi (19/12/2022).
Tema dalam IEMC 2022 ini akan dibahas oleh para pemateri dari pengusaha pertambangan energi, mineral, dan batubara, Kementerian ESDM, Kemenko Marves, PLN, SKK Migas, Freeport Indonesia, dan MIND ID.
“Mudah-mudahan para pemateri bisa memberikan masukan dan pencerahan di bidang energi, mineral dan batubara untuk prospek di 2023,” kata Anggawira dalam sambutannya.
Ia menyampaikan, pemerintah beberapa kali telah memberitahukan bahwa tahun depan akan ada ancaman resesi global yang bisa berimbas ke Indonesia. Namun di sisi lain, harga komoditas, utamanya batubara dan mineral seperti nikel, kobalt, bauksit, dan lainnya mengalami peningkatan.
“Kenaikan harga komoditas ini bisa menjadi peluang bagi anggota Aspebindo dan pelaku usaha energi, mineral dan batubara untuk menyimak peluang-peluang yang akan disampaikan oleh para narasumber, bagaimana kita bisa mendapatkan cuan di tengah ancaman resesi global,” tuturnya.
Anggawira berharap Rakernas II Aspebindo dapat memunculkan narasi atau wacana agar para pengusaha mampu ikut membangun ketahanan energi.
“Saya rasa program pemerintah di sektor energi dan minerba dari sektor hilirisasi sudah on the track. Kementerian Investasi juga sudah banyak terobosan yang dilakukan dan memberikan kemudahan-kemudahan perizinan berusaha dan berinvestasi di Indonesia. Walaupun kita dari Aspebindo banyak yang lagi galau, karena banyak juga teman-teman yang izin usaha pertambangannya dicabut pemerintah,” ungkapnya.
Karena sekarang sudah di akhir tahun 2022, lanjutnya, Aspebindo ingin mendengar dari pemerintah langkah-langkah apa saja yang bisa ditempuh oleh pelaku usaha pertambangan. Mereka berharap semua yang sudah diinvestasikan terus bisa berjalan di 2023 dan tahun-tahun berikutnya.
“Pengusaha pertambangan di Aspebindo ada yang skala besar dan banyak juga skala menengah dan kecil,” ujarnya.
Ia mengutarakan, sepuluh tahun sebelumnya anggota Aspebindo rata-rata berusaha di bidang batubara. Mereka ada yang memasok batubara ke PLN untuk bahan baku PLTU. Sekarang di bawah kepemimpinan Anggawira, yang rata-rata diisi anak-anak muda, bisnisnya sudah mulai didiversifikasi tidak hanya di sektor batubara, tapi sudah merambah ke sektor mineral dan energi baru terbarukan (EBT).
Karena itu, Aspebindo, disampaikan Anggawira, memerlukan guiden dan informasi, sehingga peluang-peluang yang ada di sektor ini bisa dioptimalkan.
Anggawira mengaku paham dengan visi Presiden Jokowi yang tidak hanya ingin menjual atau mengekspor raw material, tapi juga mengeskpor barang-barang jadi atau setengah jadi.
“Saya rasa itu juga sebuah komitmen yang ingin disampaikan oleh Aspebindo. Makanya, logo Aspebindo diubah, yang semula sangat kental warna batubara cokelat hitam, sekarang sudah hijau,” katanya.
Korelasi perubahan warga logo dijelaskan pengurus DPP HIPMI ini bahwa Aspebindo adalah kumpulan anak-anak muda yang ingin memberikan kontribusi dalam transisi energi di Indonesia.
“Mudah-mudahan hal ini menjadi langkah positif bagi semua anggota Aspebindo, termasuk teman-teman di daerah. Saya selaku Ketua Umum bersama teman-teman di DPP Aspebindo satu tahun ke depan akan fokus melakukan konsolidasi di daerah. Saya melihat pertumbuhan pembangunan tidak hanya berpusat di Jawa, sekarang sudah beralih ke luar Jawa. Sekitar 55% penyebaran investasi diarahkan di luar Pulau Jawa. Mudah-mudahan ini bisa kita optimalkan,” paparnya.
Anggawira menyadari untuk mewujudkan semua ini dibutuhkan kolaborasi antara pengusaha pertambangan dengan pemerintah. Karena pemerintah tidak bisa melakukan sendirian, dan pengusaha juga butuh dukungan pemerintah, jadi harus melangkah dan tumbuh bersama-sama. (Shiddiq/Syarif)