NIKEL.CO.ID, 6 FEBRUARI 2023 – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar memberikan sosialisasi hilirisasi, karena diproyeksikan berdampak besar dan positif hingga mencapai US$715 miliar dan membuka lapangan kerja sebesar 9,6 juta tenaga kerja.
Hal itu disampaikan Presiden Jokowi dalam sambutannya pada Pertemuan Industri Jasa Keuangan, hari ini di Jakarta.
“Sekali lagi, saya minta dukungan dari OJK mengenai ini, bagaimana memberikan sosialisasi pentingnya hilirisasi. Karena proyeksi dampak hilirisasi dari Minerba, Migas, dan Kelautan itu bisa sampai angka US$715 juta, dan lapangan kerja yang terbangun bisa mencapai 9,6 juta, besar sekali. Inilah yang akan terus kita kejar,” kata Presiden Jokowi, Senin (6/2/2023).
Karena itu, Presiden meminta OJK untuk serius dan konkrit memberikan dukungan terhadap hilirisasi. Terutama pada sektor keuangan untuk pendanaan pembangunan pabrik smelter. Sehingga bila itu dilaksanakan, maka Indonesia akan menjadi negara maju.
“Saya minta betul-betul yang konkrit. Karena, masih saya dengar yang mau bikin smelter saja kesulitan mencari pendanaan. Dukungan itu betul-betul diberikan, tetapi juga dengan kalkulasi dan kehati-hatian yang tinggi. Karena hilirisasi ini akan menjadi kunci bagi negara kita untuk melompat menjadi negara maju,” ujarnya.
Presiden Jokowi menerangkan bahwa pada tahun 2018, Indonesia masih menjadi negara yang berada di luar middle income. Kemudian 2019, Indonesia sudah masuk menjadi negara upper income, namun karena pandemi Covid-19 turun kembali menjadi negara lower income, dan baru 2022 Indonesia kembali menjadi negara upper-middle income.
“Inilah yang harus terus secara konsisten kita dorong agar naik terus PDB (Produk Domestik Bruto) kita sehingga kita harapkan betul-betul kita bisa melompat maju ke depan,” terangnya.
“Hilirisasi menjadi kunci bagi negara ini. Kalau kita ingin menjadi negara maju di semua komoditas, baik itu yang namanya CPO (Crude Palm Oil), Minerba (Mineral dan Batubara), berasal dari sumber daya alam laut kita semuanya,” sambung dia.
Ia memaparkan, Minerba mulai dari nikel dari ekspor mentah hanya menghasilkan US$1,1 miliar. Namun setelah dilakukan hilirisasi melompat menjadi US$30 miliar terhadap pendapatan negara.
Oleh karena itu, ke depan pemerintah akan memberlakukan larangan ekspor bahan mentah bauksit, timah, tembaga, emas, gas alam, dan minyak.
“Ini betul-betul secara konsisten kita kerjakan. Jadilah kita negara maju dan jangan lupa, yang namanya sumber daya alam laut kita akan memberikan nilai tambah yang besar kalau kita juga hilirkan,” paparnya.
Presiden melanjutkan, Indonesia merupakan negara yang dua pertiga wilayahnya adalah perairan atau lautan dan samudera. Untuk luas lautnya sekitar 3,25 juta km, dan semua itu belum disentuh atau dikelola untuk perekonomian bangsa dan negara.
“Potensinya belum kita apa-apakan,” ungkapnya.
Presiden mencontohkan rumput laut. Indonesia adalah eksportir rumput laut mentah nomor satu di dunia. Sedangkan Republik Rakyat Tiongkok (RTT) adalah importir nomor satu rumput laut.
Indonesia juga eksportir nomor tiga karagenan atau agar-agar sebagai bahan untuk membuat bahan kekentalan. Sedangkan RRT meskipun importir nomor satu rumput laut tapi ia juga merupakan eksportir karagenan nomor satu.
“Ini yang harus kita tiru! Kita harusnya menjadi eksportir nomor satu bahan mentah tapi juga eksportir nomor satu karagenan, harusnya seperti itu. Dan nilai tambah yang ada di sini, akan melompat,” imbuhnya.
Menurut Presiden, banyak sekali kekayaan sumber daya alam yang bisa di manfaatkan dan dikelola seperti perikanan, mulai dari ikan Tuna, Cakalang dan Tongkol dan Indonesia adalah eksportir nomor satu. Namun masih impor tepung ikan.
“Apa nggak bisa si kita menghilirkan ini, mengindustrialisasikan ikan kita yang menjadi tepung ikan,” cetusnya.
“Sesulit apa? Apa sulit banget si, ndak. Kalau kita belum mampu ya gandeng partner. Saya selalu sampaikan gandeng partner, partneran, jangan ragu-ragu untuk masuk ke sana,” Presiden menekankan.
Diutarakan, RRT mampu dari importir nomor dua ikan Tuna, Cakalang dan Tongkol menjadi eksportir nomor empat tepung ikan. Sehingga harus jalin kerja sama dengan berbagai perusahaan untuk mampu melakukan hilirisasi perikanan.
“Gandeng partner! Masih banyak rumput laut, ikan Tuna, Cakalang, Tongkol, Udang. Ini nilai tambahnya sangat berkali-kali. Menjadi bubuk chitosan 27 kali nilai tambahnya,” tegasnya.
Selain itu, rajungan diubah menjadi daging rajungan dan nilai tambahnya mencapai 3,2 kali bila dihilirisasikan. Hasilnya mampu memberikan peningkatan terhadap PDB maupun GDP Indonesia.
“Yang paling penting adalah memang mengintegrasikan. Sudah bolak-balik saya sampaikan yang Minerba diintegrasikan, CPO diintegrasikan, sumber daya alam laut kita hasilnya diintegrasikan semuanya. Memang yang paling sulit di situ,” pungkasnya. (Shiddiq)