NIKEL.CO.ID-Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan melawan gugatan Uni Eropa (UE)yang melayangkan gugatan ke World Trade Organization (WTO). UE merasa terusik dengan sikap Pemerintah Indonesia yang menghentikan ekspor bijih nikel.
Ekspresi wajah Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat serius. Intonasi kata-kata yang diucapkannya kerap meninggi. Tidak datar. Di hadapan peserta PPSA XXIII 2021 LNKRI di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, Rabu, 13 Oktober 2021, Jokowi mengaku tidak gentar dengan gugatan Uni Eropa (UE) ke WTO terkait larangan ekspor bijih nikel yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang (UU) Mineral dan Batubara (Minerba).
Sebelumnya, Indonesia dan UE telah melalui proses konsultasi terkait gugatan tersebut. Setelah melalui beberapa konsultasi, UE memutuskan untuk tetap melanjutkan gugatannya ke WTO dengan meminta pembentukan panel atas gugatan tersebut yang terdaftar dengan nomor dispute settlement (DS) 592.
“Kemarin sore, sekitar jam 3 atau 4 menjelang tutup kantor perwakilan kita di Jenewa, kita mendapatkan notifikasi dari UE bahwa mereka akan terus jalan proses daripada proses dispute, proses sengketa di WTO, dispute settlement body (DSB),” ungkap Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat, 15 Januari 2021.
Presiden Jokowi menegaskan, Indonesia tidak akan ada lagi mengekspor nikel dalam bentuk bahan mentah (raw material). Pemerintah Indonesia akan menyiapkan lawyer-lawyer andal untuk menghadapinya. Salah satu tujuan Indonesia menyetop nikel, lantaran ingin mengembangkan hilirisasi nikel menjadi industri baterai kendaraan listrik.
“Ini memang ada tahapan-tahapannya dan transisinya tapi harus kita berani saat nikel untuk mengatakan tidak, meski kita digugat di WTO. Nggak apa-apa. Kan nikel, nikel kita. Barang, barang kita. Mau kita jadikan pabrik di sini, mau kita jadikan barang di sini, hak kita dong,” tegas Jokowi.
Jokowi mengaku tidak akan mundur dalam menghadapi gugatan UE. Pertimbangannya, sudah saatnya Indonesia membuat keputusan yang berani untuk memaksimalkan potensi nikel di dalam negeri.
“Tidak akan ada kesempatan itu akan datang lagi, peluang itu datang lagi, tidak akan! Ini kesempatan kita bisa mengintergrasikan industri-industri besar yang ada di dalam negeri. Sawit tidak sama suatu tipe, nanti stop yang namanya ekpor CPO harus jadi kosmetik, harus jadi mentega, harus jadi biodiesel, dan turunan-turunan lain. Kita harus punya keberanian, jangan sampai kita gerogi gara-gara kita digugat di WTO, jadi siapakan lawyer yang internasional,” papar Jokowi.
Menurut Jokowi, Indonesia sudah bertahun-tahun ekpor, dan sangat ketergantungan terhadap eskpor CPO, batubara mentah, dan bijih nikel mentah. Jika industri otomotif sudah mensasar komuditas ini, sudah seharusnya mengekspor dalam bentuk setengah jadi. Lebih bernilai tambah, jika bisa eskpor dalam bentuk barang jadi.
“Inilah yang kita namakan hilirisasi industrialisasi, dari banyak bahan mentah ke bahan setengah atau sudah jadi. Mengapa jika ada industri ada manfaat ada hirilisasi, yang terjadi apa? Lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya akan terjadi dan terbuka tetunya. Arahnya akan ke situ bukan kemana-mana, untuk kepentingan nasional nasional kita,” jelasnya.
Dalam memperkuat hilirisasi industri, Presiden akan memerintahkan satu persatu perusahaan, baik swasta maupun BUMN dengan tambang minerba untuk masuk ke hilirsasi. Tujuannya, agar komuditas yang dimiliki Indonesia lebih tinggi nilainya, dan tidak kirim mentah dalam bentuk raw material.
Lebih dari itu, masih menurut Jokowi, jika ekspor komuditas dalam bentuk jadi, maka Indonesia akan mendapatkan income lebih besar. Jadi, para pekerja tambang, jangan hanya jadi tukang gali saja.
“Anugerah dari Allah yang diberikan pada kita sangat luar biasa besarnya. Tapi, jika kita hanya menjadi tukang gali, kemudian kita kirim keluar buat smelter di sana. Jika sudah dijadikan barang jadi atau setangah jadi, kemudian kembali ke sini kita beli, inilah yang sedikit demi sedikit, tahap yang harus mulai kita hilangkan,” tuturnya.
Menyoal tuntutan UE di WTO, Jokowi kembali menegaskan tidak gentar. “Apapun yang dihadapi sekarang, tentu kita hadapi. Tidak perlu ragu, dan siapakan, percaya kita bisa memenangkan gugatan itu,” kata Jokowi optimis. (Herkis/Syarif)