Beranda Berita International Bertengger di US$ 26,175 per ton, Harga Nikel Melemah

Bertengger di US$ 26,175 per ton, Harga Nikel Melemah

484
0

NIKEL.CO.ID, 19 Mei 2022—Permintaan dunia untuk nikel mulai lesu yang membebani laju harga nikel, meskipun persediaan di gudang berada di level rendah.

Pada Kamis, (19/5/2022) pukul; 12.05 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 26,175 per ton. Harga tersebut turun dibandingkan penutupan kemarin, Rabu (18/5/2022).

Kontraksinya harga nikel dari hari ke hari, tentu situasi ini sangat berbeda dengan konsdisi Maret, di mana harga nikel yang melonjak tinggi di atas US$ 30.000 per ton. Penyebaran Covid-19 jadi sumber masalah.

Menurut data yang dirilis oleh INSG pada Rabu, defisit pasokan di pasar nikel global meningkat menjadi 11.100 mt pada Maret, dibandingkan dengan defisit pasokan sebesar 1.800 mt pada bulan sebelumnya.

INSG menambahkan, dalam tiga bulan pertama tahun 2022, pasar nikel global mengalami defisit pasokan sebesar 8.600 mt, dibandingkan dengan defisit pasokan sebesar 31.100 mt pada periode yang sama tahun 2021.

Di sisi lain Shangai Metal Market (SMM) Nikel menginformasikan, di sisi penawaran, harga nikel LME dan SHFE sedikit turun kemarin. Rasio harga SHFE/LME turun dari 7,7 hari sebelumnya menjadi sekitar 7,6 kemarin, dan keuntungan impor menyempit.

Dari sisi NPI, pabrik baja dengan margin keuntungan yang sempit memangkas produksi mereka, memberi tekanan pada bahan baku. Dalam jangka panjang, proyek NPI Indonesia akan meningkatkan output NPI, dan harga akan turun. Dari sisi nikel sulfat, harga garam nikel turun seiring dengan biaya, sehingga pabrik garam tidak aktif berproduksi, yang selanjutnya menyebabkan terbatasnya pasokan di pasar.

Di sisi permintaan, dalam hal baja tahan karat, penurunan harga Delong sedikit mendorong transaksi di pasar Wuxi, dan waran jatuh. Di pasar spot, pedagang mendapatkan sedikit barang di tangan mereka, dan sebagian besar barang ditumpuk di gudang pabrik.

Saat ini, dampak pandemi di pasar spot secara bertahap mereda. Pasar sebagian besar memiliki pandangan bearish, dan selisih antara harga berjangka dan harga spot terus melebar.
Dalam hal paduan, perusahaan di Shanghai belum sepenuhnya kembali bekerja. Selain itu, permintaan melemah karena pabrik paduan di Jiangsu menyelesaikan pembelian mereka.

Singkatnya, pandemi dan harga nikel yang tinggi membuat permintaan turun. Ke depan pasar harus memperhatikan impor nikel murni.

(Fia/Editor:Syarif)

Artikulli paraprakAsa Masyarakat Motui dari Kehadiran Kawasan Industri NIS
Artikulli tjetërPesan Wapres saat Peletakan Batu Pertama Kawasan Industri NIS