NIKEL.CO.ID, 9 MEI 2023-Mining Investmen Asia tahun ini genap berusia 8 tahun. Dalam rangka memperingati hari jadinya, organisasi internasional ini menyelenggarakan konferensi dan pameran investasi pertambangan strategis dan peningkatan modal terbesar di Asia Tenggara.
Mengusung tema “Global Energy Transition, Decarbonisasi & Critical Minerals”, Mining Investmen Asia menggabungkan event ini dengan inovasi teknologi terkini yang mengubah industri mineral dan hidrogen yang sedang booming dalam memainkan peran penting transisi pasar energi global untuk menekan dekarbonisasi. Konferensi dan pameran diselenggarakan selama dua hari, mulai 10-11 Mei 2023 di Singapura.
Informasi yang diterima redaksi nikel.co.id, Selasa (9/5/2023), dalam acara konferensi menghadirkan pembicara dan panelis dari pelbagai negara, termasuk dari Indonesia, mulai dari pejabat pemerintahan hingga asosiasi pertambangan. Di antara Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal RI, Bahlil Lahadalia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia, dan Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey.
Dari negara lain, di antaranya Chairman New Pacific Metal, Terry Salman, General Manager Philippine Mining Club, Kevin Lewis,Co-founder, Chairman & Director Sumba Energy, Alan M. Clegg, dan Executive Chairman Empire Securities Group, Gerald Farley.
Sekretaris Umum APNI, Meidy Katrin Lengkey ketika hendak terbang ke Singapura sempat dikonfirmasi nikel.co.id terkait event besar berskala internasional ini. Menurutnya, bahasan panel diskusi dalam konferensi akan mengupas berbagai persoalan yang sedang berkembang di sektor mineral yangberperan dalam transisi energi bersih, dekarbonisasi, dan berkelanjutan. Diutarakan, nikel sebagai salah satu komoditas yang berperan dalam industri transisi energi bersih termasuk dalam klasifikasi mineral kritis. Dalam panel diskusi, akan dibahas peran nikel dalam pergeseran sistemik sebagai bahan baku energi bersih, di antaranya untuk baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Selain itu, kata Meidy, dibahas pula peran penting nikel untuk teknologi maju dan terbarukan, dampak geopolitik terhadap transformasi industri, bagaimana memastikan sumber mineral yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan, bagaimana penambang mengelola transisi mereka ke ekonomi netral karbon, hingga dukungan perbankan dalam industri pertambangan dan pengolahan bijih nikel.
“Sebelumnya, saya juga didaulat sebagai pembicara di berbagai berbagai seminar, konferensi, dan event lainnya di luar negeri. Dari pembicara lain dan peserta seminar atau konferensi, rata-rata mereka ingin mengetahui tentang nikel Indonesia. Baik dari proses pertambangan, industri pengolahan, hingga industri lebih hilir yang memproduksi barang jadi dari material nikel. Salah satunya produk baterai untuk kendaraan listrik,” kata Meidy.
Perbaikan Pengelolaan Nikel di Indonesia
Ketika diminta pandangannya tentang pengelolaan nikel di Indonesia, Meidy mengakui masih perlu dilakukan beberapa perbaikan guna menjaga keberlangsungan industri dan lingkungan.
Ia menyebutkan, beberapa saran terkait perbaikan pengelolaan nikel di Indonesia. Pertama, Peningkatan Kualitas Pengolahan. Dijelaskan, Indonesia sebagai salah satu negara produsen nikel terbesar dunia perlu melakukan peningkatan kualitas pengolahan bijih nikel.
“Hal ini dapat dilakukan dengan investasi dalam teknologi dan peningkatan kapasitas produksi dengan menggunakan peralatan yang modern dan ramah lingkungan,” katanya.
Kedua, Pengaturan Pengelolaan Limbah. Pihak pengelola nikel di Indonesia perlu memperhatikan pengaturan pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh proses pengolahan bijih nikel. Limbah yang dihasilkan harus diolah dan dikelola dengan benar agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Ketiga, Peningkatan Keselamatan Kerja. Tingkat kecelakaan kerja yang sering terjadi di sektor nikel menjadi perhatian khusus, upaya preventif dengan memberikan pelatihan dan pemenuhan sarana serta prasarana keselamatan kerja, perlu dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan.
Keempat, Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Energi. Perusahaan pengelola nikel di Indonesia perlu melakukan optimalisasi penggunaan sumber daya energi dengan memanfaatkan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan seperti Solar Power, Hydro Power, dan lain sebagainya. Selain itu, perlu juga dilakukan penghematan energi melalui efisiensi produksi dan pemilihan teknologi.
Kelima, Penyelenggaraan Perizinan yang Konsisten. Pemerintah perlu meningkatkan koordinasi dengan perusahaan pengelola nikel terkait dengan penyelenggaraan izin pengelolaan tambang dan lingkungan.
“Perizinan yang konsisten dan teratur akan membawa kepada pengelolaan yang baik dan ramah lingkungan,” saranya.
Meidy menambahkan, dalam rangka menjaga keberlangsungan industri nikel, perlu dilakukan kerja sama antara pihak pemerintah dan industri untuk meningkatkan kualitas produksi serta pengelolaan limbah. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan keselamatan kerja serta peningkatan penggunaan sumber daya energi yang ramah lingkungan.
Menurutnya, dengan melakukan perbaikan-perbaikan tersebut, pengelolaan nikel di Indonesia dapat berjalan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. (Syarif)