
NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Pemangku kepentingan industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) menyatakan komitmennya memperkuat integrasi antara ekosistem EV dan hilirisasi nikel.
Hal itu disampaikan di sela-sela acara workshop focus group discussion (FGD) yang digelar bersama Purnomo Yusgiantoro Center, Climate Works Center, dan Kadin Indonesia Institute, di Jakarta, Rabu (10/12025).
Perwakilan Hyundai Motor Asia Pacific Indonesia, Hanif, mengungkapkan, banyak wawasan yang dapat diterima oleh perusahaan khususnya terkait arah pengembangan industri EV nasional.
“Perjalanan pertama Hyundai sangat menyenangkan karena kami bisa mendapatkan banyak insight dari multi-stakeholders, baik pemerintah maupun industri lain. Saat ini Indonesia perlu memfokuskan bagaimana menghubungkan ekosistem EV dengan hilirisasi nikel yang sudah dijalankan pemerintah,” ujar Hanif.
Hal ini, menurut dia, akan memberikan dukungan terhadap rencana investasi dan produksi kendaraan listrik Hyundai di Indonesia.
Sementara itu, Heri dari Indonesia Battery Corporation (IBC) menegaskan bahwa percepatan industri baterai nasional sangat penting, mengingat IBC tengah membangun pabrik baterai berbasis nikel.
“IBC ke depan akan menjadi produsen baterai EV berbasis nikel. Saat ini kami sedang membangun pabrik GV4 di Karawang untuk produksi battery shell,” kata Heri.
IBC juga sedang menyiapkan pembangunan fasilitas GV4 lainnya di Maluku Utara untuk produksi material baterai, yang nantinya menjadi pasokan bagi pabrik Karawang.
“Kami membahas potensi Indonesia mengembangkan baterai EV, baik nickel manganese cobalt (NMC) maupun lithium ferro phosphate (LFP),” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki keunggulan sumber daya alam yang signifikan.
“Kita punya nikel yang sangat melimpah, menjadi modal untuk menjadi produsen terbesar baterai NMC. Untuk LFP, kita punya fero atau besi dan juga grafit. Potensi kita sangat besar untuk menjadi raja baterai dunia,” ujarnya. (Shiddiq)


























