Beranda Berita Nasional Bonifacio Paparkan Pentingnya Manajemen Tailing pada IMCC 2025

Bonifacio Paparkan Pentingnya Manajemen Tailing pada IMCC 2025

24
0
Country Manager Hydrobiologi Singapura, Bonifacio (Foto: MNI)

NIKEL.CO.ID, JAKARTACountry Manager Hydrobiology Singapura, Bonifacio Labatos Jr., memaparkan urgensi manajemen tailing yang berkelanjutan dalam industri mineral pada sesi presentasi Indonesia Mine Closure Conference (IMCC) 2025, Rabu (19/11/2025).

Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya penilaian awal, penentuan prioritas, penyesuaian teknologi, stabilisasi, hingga rencana penutupan lahan pascatambang.

https://events.minviro.com/decarbonisation-workshop-apac-2025?hs_preview=GJvcVbTU-272478457024

“Kami memulai dengan baseline assessment, re-identification and prioritization, tailoring, stabilization, and condiment. Saya juga telah menyiapkan kajian ujian untuk perusahaan mineral di Filipina. Saya harap Anda dapat belajar satu atau dua. Kemudian, kualitas, penggunaan, pencapaian, dan direksi serta keputusan masa depan,” ujar Bonifacio, di Energy Building, Jakarta Selatan.

Tailing, katanya lebih lanjut, adalah bahan yang tersisa setelah proses pengolahan mineral. Manajemen tailing menjadi krusial karena potensi kandungan bahan berbahaya. Pada dasarnya, tailing bisa memiliki logam berat, kimia, dan partikulat, seperti arsenik, timbal, merkuri, dan kromium, bergantung pada jenis komoditas.

https://www.tickettailor.com/events/invr/1589356

Pengelolaan tailing yang buruk dapat menimbulkan kontaminasi air tanah, air permukaan, hingga potensi kegagalan struktur bendungan tailing.

“Kegagalan struktur dapat terjadi dan tentu saja kegagalan ekologis jangka panjang. Foto ini adalah kejadian di Brasil pada 2015. Pada 2017, kami terlibat membantu perusahaan melakukan remediasi dan pemeriksaan tanah di sana, termasuk rencana rehabilitasi setelah kegagalan,” jelasnya sambil menunjukkan foto.

Dalam perencanaan penutupan lahan, dia menegaskan perlunya integrasi sejak awal operasi. Pada awal, kita harus menyiapkan rencana penutup tanah terakhir. Dan, tentu saja, aspirasi masyarakat perlu diperhatikan, apa yang mereka inginkan setelah penutupan tambang. Apakah kita akan menggunakan vegetasi lokal atau memperkenalkan spesies lain? Sistem yang kita gunakan seharusnya terhubung dengan legislasi nasional.

https://event.cnfeol.com/en/event/339

Pertimbangan hidrologi serta kualitas air turut menjadi perhatian. Pengeloaan air tentu akan mempertimbangkan hidrologi. Satu lagi, masyarakat juga harus dilibatkan. Kita harus memiliki lisensi sosial untuk beroperasi. Jadi, kita harus menjawab semua isu yang muncul.

Dalam konteks Filipina, ia menyoroti tantangan geoteknik akibat kondisi geografis. Filipina berada di daerah topan, di kawasan Pasifik. Kita dihadapkan pada sekitar 25 topan setiap tahun. Hal tersebut harus dipertimbangkan. Ia menambahkan bahwa aspek kimia, potensi drainase asam tambang, kedekatan dengan komunitas, serta kualitas lingkungan harus menjadi satu kesatuan dalam pengambilan keputusan. (Shiddiq)