Beranda Berita International Sekum APNI Tegaskan Komitmen Indonesia Perkuat Rantai Pasok Mineral Hijau di Forum...

Sekum APNI Tegaskan Komitmen Indonesia Perkuat Rantai Pasok Mineral Hijau di Forum BRICS

58
0
Sekum APNI, Meidy Katrin Lengkey (Foto: Dok. MNI)

NIKEL.CO.ID, BEIJING — Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, menegaskan komitmen Indonesia dalam memperkuat rantai pasok mineral hijau global saat menyampaikan pidato pembukaan pada BRICS Green Minerals Closed Door Workshop yang digelar di Beijing, Rabu (19/11/2025).

Dalam forum yang dihadiri para delegasi BRICS dan mitra strategis tersebut, Meidy menekankan peran penting negara-negara BRICS serta meningkatnya tanggung jawab global dalam transisi menuju energi bersih.

“Forum ini memegang arti luar biasa ketika dunia memasuki era baru transformasi hijau dan rendah karbon,” ujarnya.

Dia menegaskan bahwa Indonesia kini berada pada posisi strategis dalam mendukung pasokan mineral kritis dunia, terutama nikel, yang menjadi komponen utama industri energi hijau.

“Negara-negara BRICS semakin menjadi aktor utama dalam membentuk masa depan rantai pasok mineral yang bertanggung jawab. Dan, dalam lanskap yang terus berkembang ini, Indonesia berperan sebagai negara kunci dalam memastikan rantai pasok industri strategis yang sedang berkembang dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan ekosistem hilirisasi yang tumbuh paling cepat, mulai dari pertambangan, peleburan, high pressure acid leach (HPAL), bahan baku, bahan katode, hingga pengembangan baterai. Kapasitas tersebut menjadikan Indonesia bukan sekadar negara kaya sumber daya, melainkan menjadi pilar strategis yang mendukung stabilitas industri energi hijau global.

https://indonesiamineclosure.com/#buy-tickets

Kebijakan hilirisasi pemerintah, sambungnya, telah mengubah ekosistem industri nikel nasional menjadi pusat industri terintegrasi. Industri nikel Indonesia saat ini bukan hanya soal material-material mentah, melainkan tentang menciptakan nilai, memastikan jejak yang dapat dilacak, membangun rantai pasok rendah karbon, dan mendukung mitra global dalam mencapai tujuan keberlanjutan mereka.

APNI terus mendukung kebijakan tersebut melalui tiga pilar utama: tata kelola, harga yang adil, dan keberlanjutan.

“APNI mengadvokasi praktik industri yang transparan dan efisien, mempromosikan mekanisme pasar yang adil, seperti HPM yang disempurnakan yang mencerminkan penciptaan nilai yang sesungguhnya, dan secara kuat mendukung pengembangan standar ESG Indonesia untuk selaras dengan harapan global,” paparnya.

Di samping itu, ia mengakui, industri nikel menghadapi sejumlah tantangan, seperti oversupply, dinamika biaya, tuntutan ESG yang meningkat, hingga volatilitas pasar. Namun, tantangan tersebut sekaligus membuka peluang untuk kerja sama yang lebih dalam, inovasi, dan tanggung jawab bersama di antara negara-negara BRICS.

Ia menekankan bahwa lokakarya  (workshop) ini merupakan momentum strategis untuk memperkuat kolaborasi jangka panjang. Jadi, bukan hanya platform bertukar ide. Workshop ini adalah momen strategis untuk membangun keselarasan, memperkuat kepercayaan, dan membentuk kerangka kerja jangka panjang untuk kerja sama mineral hijau.

Terakhir, ia menegaskan komitmen Indonesia dalam mendukung transisi energi bersih dunia. Nikel bukan hanya komoditas, melainkan fondasi utama masa depan energi hijau global. Indonesia siap memainkan perannya, bukan hanya sebagai produsen utama, tetapi juga sebagai mitra yang bertanggung jawab dalam pembangunan berkelanjutan. (Shiddiq/R)