Beranda Berita International Dorong Kolaborasi Regional, Indonesia Siap Jadi Pusat Produksi EV dan Baterai di...

Dorong Kolaborasi Regional, Indonesia Siap Jadi Pusat Produksi EV dan Baterai di ASEAN

599
0
Event Lead IEE, Hanung Hanindito, acara IEE series 2025 JIExpo Kemayoran Jakarta, Rabu (10/9/2025).
https://event.cnfeol.com/en/evenat/333

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Indonesia terus mendorong kolaborasi regional dalam industri kendaraan listrik (EV) dan baterai, dengan harapan menjadi pusat produksi dan ekspor di kawasan Asia Tenggara. Hal ini disampaikan dalam pembukaan rangkaian kegiatan Indonesia Energy & Engineering (IEE) Series oleh Event Lead IEE, Hanung Hanindito, di Jakarta.

“Artinya, kolaborasi dan koneksi. Kita perlu menetapkan kebijakan standar terkait produksi mineral dari seluruh negara produsen, dan mendiskusikannya dengan pasar. Intinya, kita harus membangun koneksi dan terhubung dengan seluruh pemangku kepentingan,” ujar Hanung dalam sambutannya, Selasa (10/9/2025).

https://www.fastmarkets.com/events/international-critical-minerals-and-metals-summit-indonesia/
https://www.fastmarkets.com/events/international-critical-minerals-and-metals-summit-indonesia/

Dalam sesi diskusi panel, para pelaku industri juga menegaskan pentingnya sinergi lintas negara untuk memperkuat rantai pasok, investasi hingga transfer teknologi di sektor kendaraan listrik dan baterai.

“Satu negara tidak bisa melakukan semuanya. Kita perlu berbagi tugas. Indonesia punya pasar besar karena populasinya terbesar di ASEAN. OEM atau merek mobil yang memproduksi EV bisa beroperasi di sini,” ujarnya.

Menurutnya, Indonesia tidak hanya memiliki pasar potensial, tetapi juga cadangan nikel sebagai bahan baku baterai EV. Bahkan, Indonesia telah mengekspor paket baterai dua roda ke Filipina, dan kerja sama ini dinilai masih bisa diperluas.

Namun, ia juga menekankan bahwa Indonesia tidak memiliki semua jenis logam penting seperti lithium dalam jumlah besar sehingga kerja sama regional menjadi hal yang tidak bisa dihindari.

https://www.mining-indonesia.com/

“Kita punya sumber daya terbatas untuk jenis logam tertentu. Jadi, kita perlu kerja sama dengan negara lain, termasuk ASEAN. Kemitraan dengan China bisa menjadi contoh,” ujarnya.

Diketahui, sebagian besar nikel dari Indonesia saat ini diekspor ke China. Namun, ia melihat peluang jika negara-negara ASEAN juga mulai berinvestasi langsung dalam fasilitas pengolahan nikel di Indonesia. Dengan begitu, produk antara seperti Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) bisa diolah lebih lanjut di negara lain seperti Thailand atau Vietnam.

“Jadi, dua hal penting: kolaborasi dalam bahan baku dan menarik lebih banyak investasi. Produk dari pabrik pengolahan nikel di Indonesia bisa diekspor ke negara ASEAN lain,” imbuhnya.

Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa industri otomotif adalah bisnis global yang sangat terintegrasi. Sebagai contoh, Toyota memproduksi hampir satu juta mobil per tahun di Indonesia, namun konsumsi domestik hanya 400.000 unit sehingga sisanya diekspor.

“Rantai pasok harus didorong oleh prinsip ekonomi. Kalau semua bahan tersedia di sini, harus bisa lebih murah dari ekosistem lain, misalnya China. Pemerintah bisa memberi insentif strategis seperti tarif pajak rendah, subsidi, dan akses industri murah,” jelasnya.

Ia juga mengusulkan strategi hilirisasi nikel yang lebih menyeluruh, dengan produksi dilakukan di Indonesia lalu dilanjutkan di negara lain. Tujuannya adalah membangun ekosistem baterai yang terintegrasi secara regional dan menciptakan ketahanan jangka panjang.

https://ni-cr-mn-stainlesssteelapac.metal.com/

Menutup pernyataannya, ia menyarankan model bisnis baru dalam industri baterai, di mana produsen baterai tidak hanya menjual produk, tetapi menjual energi sebagai layanan (energy-as-a-service).

“Saya dari sisi pengguna baterai. Saya pikir daripada menjual baterai, lebih baik produsen bekerja sama dengan industri pengisian daya. Jadi, operator bus seperti kami bisa membeli energi, bukan baterai sebagai aset,” pungkasnya.

Acara IEE Series menjadi wadah penting bagi pelaku industri, pemerintah, dan investor untuk membangun kolaborasi konkret demi memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok regional EV dan baterai di ASEAN. (Shiddiq)