Beranda Nikel Fahmy Radhi: Hilirisasi Nikel Masih Menjanjikan, Perlu Kebijakan yang Tepat dan Ekosistem...

Fahmy Radhi: Hilirisasi Nikel Masih Menjanjikan, Perlu Kebijakan yang Tepat dan Ekosistem Terintegrasi

61
0
Pengamat ekonomi energi Universitas Gajah Mada (UGM), Fahmy Radhi. (Tangkapan layar IDX live)
Pengamat ekonomi energi Universitas Gajah Mada (UGM), Fahmy Radhi. (Tangkapan layar IDX live)
https://www.apni.or.id/pendaftaranTTM

NIKEL.CO.ID, JAKARTA- Pengamat ekonomi energi Universitas Gajah Mada (UGM), Fahmy Radhi, mengaku tetap optimistis terhadap prospek investasi hilirisasi nikel Indonesia ke depan.

Meski industri pertambangan, khususnya nikel, tengah menghadapi tekanan dari penurunan harga dan melemahnya permintaan global.

Dalam siaran langsung Market Review di IDX Channel bertema ‘Optimalisasi Potensi Investasi Hilirisasi hingga Akhir 2025’, Fahmy menilai bahwa kondisi lesunya pasar saat ini merupakan fenomena jangka pendek yang sifatnya struktural.

https://www.apni.or.id/regisGolf2025

Ia meyakini bahwa dalam jangka panjang, Indonesia tetap memiliki daya tarik tinggi sebagai tujuan investasi di sektor hilirisasi.

“Indonesia punya sumber daya alam yang melimpah, khususnya nikel. Dengan potensi itu, saya masih optimis investasi ke depan akan tetap menarik, asal pemerintah menyiapkan kebijakan pendukung secara matang,” ujar Fahmy, dikutip nikel.co.id, Rabu (23/7/2025).

Namun demikian, Fahmy menggarisbawahi pentingnya peran pemerintah dalam menyediakan berbagai bentuk insentif yang proporsional tidak terlalu berlebihan, namun cukup menarik bagi investor untuk terlibat dari hulu hingga ke hilir.

https://www.apni.or.id/NickelProducers4Th

Ia mencontohkan pengalaman hilirisasi sebelumnya yang banyak didominasi oleh investor dari Tiongkok. 

Menurutnya, sejumlah insentif yang diberikan dinilai terlalu besar, sehingga perlu ada evaluasi agar insentif yang ditawarkan ke depan tetap efektif namun tidak memberatkan negara.

Lebih jauh, Fahmy menjelaskan bahwa tujuan utama dari hilirisasi adalah menciptakan nilai tambah dan membangun ekosistem industri yang terintegrasi. 

Ia menilai upaya membangun industri baterai yang sudah mulai berjalan saat ini masih bersifat parsial dan belum menghubungkan rantai pasok dari bijih nikel hingga menjadi baterai kendaraan listrik.

https://www.heliexpoasia.co.id/?utm_id=Hexia25-MNI&utm_source=media

“Ekosistem dari hulu ke hilir belum sepenuhnya terbentuk. Misalnya dari bijih nikel sampai ke baterai mobil listrik masih terpisah-pisah. Ini yang harus segera dibenahi,” tegasnya.

Mengenai perbandingan antara nikel dan litium dalam industri baterai, Fahmy menyebut bahwa prospek baterai nikel masih sangat menjanjikan. 

Dengan pertumbuhan kendaraan listrik global yang terus meningkat, kebutuhan terhadap baterai baik berbasis litium maupun nikel akan ikut melonjak.

https://event.cnfeol.com/en/event/333

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya menyiapkan roadmap hilirisasi yang jelas, termasuk kesiapan infrastruktur dan kebijakan pendukung agar Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam rantai pasok global industri baterai dan kendaraan listrik.

Sementara itu, data yang ditampilkan dalam acara menunjukkan tren positif ekspor produk olahan nikel Indonesia. Pada 2019, nilai ekspor mencapai 3,47 miliar dolar AS, lalu melonjak tajam menjadi 19,62 miliar dolar AS pada 2022. 

Tren ini terus berlanjut pada 2023, dengan nilai ekspor mencapai 22,37 miliar dolar AS, menunjukkan peningkatan signifikan seiring upaya hilirisasi yang mulai menunjukkan hasil nyata. (Lili Handayani)