
NIKEL.CO.ID, JAKARTA– Transformasi digital di sektor pertambangan semakin menjadi kebutuhan mendesak, tak hanya untuk perusahaan besar, namun juga bagi pelaku usaha tambang skala menengah ke bawah.
Hal ini disampaikan Co-CEO TMS Consulting, Albert Juanda, dalam sesi presentasinya di ajang Indonesia Smart Mining Conference 2025 yang digelar di Hotel Shangri-La Jakarta, Rabu (16/7/2025).
Saat ditemui nikel.co.id, usai memberikan paparan, Albert menjelaskan bahwa TMS Consulting fokus pada layanan implementasi, konsultasi, dan support operation dalam bidang sistem manajemen berbasis teknologi, terutama melalui SAP dan Enterprise Resource Planning (ERP).

Sistem ini dinilainya telah terbukti membantu perusahaan tambang, termasuk tambang emas, batu bara, dan khususnya nikel, dalam memperbaiki efisiensi operasional dan pengendalian biaya.
“Kami telah membangun solusi mining khusus dalam sistem ERP dan sukses mengimplementasikannya ke sejumlah perusahaan tambang, termasuk di sektor nikel,” ungkap Albert.
Ia menekankan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam industri pertambangan, termasuk nikel, adalah tingginya biaya peralatan seperti bahan bakar, suku cadang, hingga ban. Menurutnya, beban biaya ini kerap menjadi titik rawan terjadinya praktik fraud di lapangan.
“Dengan sistem ERP, perusahaan dapat memantau secara real-time biaya operasional, sekaligus mengendalikan anggaran di area operasi tambang. Ini penting agar pemilik bisnis bisa mengambil keputusan yang lebih akurat dan tepat waktu,” tambahnya.

Lebih jauh, Albert menyoroti perlunya transformasi digital di tengah persaingan global yang semakin ketat. Negara-negara seperti Tiongkok dan Australia, kata dia, sudah lebih dahulu mengadopsi teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI) dalam operasional tambang mereka.
“Kita tidak hanya bersaing antar perusahaan tambang di Indonesia, tetapi juga dengan negara tetangga yang telah lebih dulu menerapkan efisiensi berbasis teknologi,” ujarnya.
Menurutnya, fondasi dari transformasi digital yang kuat harus dimulai dari pembersihan data (data cleansing) dan manajemen perubahan (change management) yang menyasar aspek SDM.
Ia menilai, banyak data manual di perusahaan tambang saat ini belum valid atau tersebar (silo), sehingga berisiko menghasilkan laporan yang tidak akurat bagi pengambil keputusan.
“Tidak mungkin kita bisa memaksimalkan AI jika datanya sendiri masih manual dan tidak terintegrasi. Maka dari itu, digitalisasi adalah fase awal yang wajib dilakukan,” tegasnya.

TMS Consulting, yang dikomandoi oleh tim 100% profesional asal Indonesia dan berpengalaman lebih dari 12 tahun di dunia tambang, menyatakan siap membantu perusahaan tambang skala menengah dan kecil untuk ikut naik kelas melalui adopsi teknologi digital.
“Digital transformation bukan hanya milik perusahaan besar. Dengan pendekatan dan solusi yang sesuai anggaran, perusahaan menengah ke bawah pun bisa bersaing secara global,” pungkas Albert.
Konferensi ini menjadi panggung strategis bagi pelaku industri tambang untuk bertukar ide, berbagi pengalaman, dan mendorong kolaborasi dalam mempercepat penerapan teknologi cerdas demi mewujudkan pertambangan Indonesia yang lebih efisien, transparan, dan berkelanjutan. (Lili Handayani)