

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Program Kelas Hilirisasi jadi upaya awal membangun Indonesia sebagai negara industri. PT IMIP dan Politeknik ATI Makassar menggandeng pendidikan untuk mencetak SDM andal di tengah geliat hilirisasi nikel.
Langit Makassar cerah pagi itu ketika selembar nota kerja sama diteken di atas meja. Tidak ada bunyi lonceng atau gegap gempita seremoni, tapi yang terjadi di sebuah ruang pertemuan Politeknik ATI Makassar, Selasa, 8 Juli lalu, bisa jadi langkah senyap menuju perubahan besar: revolusi industri berbasis pendidikan.
PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), kawasan industri raksasa di Sulawesi Tengah, menggandeng kampus vokasi milik Kementerian Perindustrian itu untuk meluncurkan program bertajuk Kelas Hilirisasi. Targetnya sederhana tapi krusial: mencetak sumber daya manusia yang mampu menopang pembangunan sektor hilir pertambangan, khususnya nikel.
“Ini bentuk keterlibatan industri sejak dari ruang kelas. Kami ingin memastikan keterampilan dan pengetahuan tumbuh berbarengan,” ujar Achmanto Mendatu, Manajer HR PT IMIP sebagaimana dikutip laman IMIP, ditulis Selasa (15/7/2025).

Sebanyak 120 mahasiswa baru tahun ajaran 2025/2026 disiapkan untuk mengisi bangku program tersebut. Mereka digratiskan dari biaya kuliah selama tiga tahun. Prodi yang dibuka tak main-main: Teknik Kimia Mineral, Teknik Manufaktur Industri Agro, Teknik Industri Agro, dan Otomasi Sistem Permesinan—semua diarahkan pada kebutuhan riil industri nikel.
Mahasiswa akan belajar teori, magang, lalu langsung diterjunkan ke kawasan industri. Tidak hanya mahasiswa, para dosen pun akan dikirim ke lapangan untuk belajar langsung dari jantung aktivitas pabrik.
“IMIP adalah industri yang paling banyak menyerap lulusan kami. Maka wajar jika kerja sama ini terus kami dorong,” kata Muhammad Basri, Direktur Politeknik ATI Makassar.
Menurutnya, sejak kerja sama dimulai, jumlah pendaftar ke kampus melonjak. Beasiswa menjadi pintu masuk bagi banyak anak muda dari berbagai pelosok Sulawesi untuk bisa menjangkau pendidikan berkualitas.

Program ini bukan berdiri tunggal. IMIP telah lebih dulu menggulirkan Kelas Hilirisasi di Politeknik Logam Morowali (PILM), Universitas Tadulako Palu, dan Universitas Hasanuddin Makassar. Total ada 340 mahasiswa yang kini berada di bawah skema pembinaan tersebut, termasuk 10 orang dari beasiswa Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah.
Semua ini adalah bagian dari gelombang hilirisasi yang didorong pemerintahan Presiden Joko Widodo sejak 2020. Melarang ekspor bijih nikel mentah, memaksa investasi industri pengolahan, dan merancang Indonesia tak lagi sekadar penambang—melainkan pemain utama dalam rantai nilai global, terutama dalam ekosistem baterai kendaraan listrik.
Namun, industri tanpa SDM seperti smelter tanpa listrik. Energinya mati. Maka, pendidikan vokasi menjadi kunci.
“Kalau kita ingin percepatan pembangunan industri, SDM harus disiapkan sejak awal. Tidak bisa lagi sekadar belajar dari buku,” ujar Achmanto.

Apa yang dilakukan IMIP dan Politeknik ATI Makassar boleh dibilang investasi senyap. Tidak segemerlap pembangunan pabrik atau tambang. Tapi efeknya bisa jauh lebih panjang. Mereka menanam gagasan bahwa pendidikan bisa menjadi pintu masuk revolusi.
Sama seperti bijih nikel yang harus dimurnikan untuk menjadi bahan baterai, para mahasiswa ini sedang ditempa untuk menjadi SDM murni—siap menggerakkan roda hilirisasi nasional.
Dan revolusi itu, rupanya, sedang menyala pelan-pelan dari ruang kelas di Makassar. (Shiddiq)