Beranda Berita Nasional Uganda Indonesia Business Forum 2025: Menjelajahi Potensi Nikel dan Mineral Afrika Timur

Uganda Indonesia Business Forum 2025: Menjelajahi Potensi Nikel dan Mineral Afrika Timur

143
0
Direktur Eksekutif Asosiasi Tambang Batuan Indonesia (ATBI), Wisnu Salman. (Dok. MNI)
Direktur Eksekutif Asosiasi Tambang Batuan Indonesia (ATBI), Wisnu Salman. (Dok. MNI)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA- Forum Bisnis Uganda-Indonesia 2025 resmi dibuka, Kamis, (10/7/2025), di Hotel Park Hyatt, Jakarta. Forum yang bertema Uganda, The Pearl of Africa ini menjadi wadah strategis bagi para pemimpin bisnis dan pemerintah kedua negara untuk menjajaki peluang investasi di sektor pariwisata, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta pengembangan sektor mineral, minyak, dan gas.

Salah satu topik yang menyita perhatian adalah potensi nikel. Meskipun potensi nikel masih relatif kecil di Uganda, tetapi dipandang sebagai peluang investasi jangka panjang. 

Saat ditemui disela-sela acara, Direktur Eksekutif Asosiasi Tambang Batuan Indonesia (ATBI), Wisnu Salman, menyampaikan pandangannya mengenai prospek nikel di Uganda.

“Untuk potensi nikel di Uganda, tidak banyak. Mereka lebih banyak memiliki cadangan emas, tembaga, kobalt, dan bijih besi,” ujar Wisnu kepada nikel.co.id, Kamis (10/7/2025).

Namun demikian, Wakil Ketua Komite Tetap (Wakomtap), ketahanan energi KADIN juga menambahkan bahwa meskipun Uganda tidak memiliki potensi besar dalam nikel, negara ini menyimpan peluang besar di sektor lainnya, terutama emas dan mineral kritis yang saat ini sedang banyak dicari dunia, seperti kobalt dan litium.

“Potensi terbesar di Uganda memang ada pada emas, tembaga, kobalt, dan bijih besi. Untuk saat ini, kami harus fokus pada potensi yang ada. Sektor pertambangan di Uganda perlu segera ditindaklanjuti untuk dikembangkan lebih lanjut,” lanjut Wisnu.

Menurut Wisnu, Uganda memiliki peluang besar di sektor pertambangan, khususnya dalam hal eksplorasi dan ekstraksi mineral. 

“Uganda memiliki potensi besar dalam pengembangan sumber daya alamnya. Mineral seperti kobalt dan litium menjadi sangat penting, terutama dengan transisi global menuju energi terbarukan. Kebutuhan akan mineral kritis ini terus meningkat,” katanya.

Forum ini juga menyoroti peran Uganda sebagai negara dengan kestabilan politik yang baik. Wisnu merujuk pada indeks yang dirilis oleh Abu Dhabi, yang menilai Uganda sebagai negara yang aman dan stabil untuk berinvestasi.

“Uganda merupakan negara yang cukup bagus untuk investasi. Tingkat kestabilan politik dan kesejahteraan mereka cukup baik, yang membuatnya menjadi pilihan menarik untuk investasi jangka panjang,” terangnya.

Dengan segala potensi yang dimiliki Uganda, Wisnu menyarankan agar Indonesia, bersama dengan berbagai asosiasi bisnis seperti Perhapi, APNI, IAGI, dan Kadin, dapat memanfaatkan ruang ini untuk meningkatkan kerjasama dalam sektor pertambangan, khususnya di bidang kobalt dan timah. 

“Ini sangat penting untuk transisi energi di Indonesia, dan saya berharap Indonesia bisa menjadi mitra strategis Uganda di sektor ini,” ungkapnya.

Wisnu berharap forum ini dapat menghasilkan langkah konkret dalam mengembangkan potensi investasi di Uganda, baik dalam sektor mineral, pariwisata, maupun TIK. 

“Semoga pertemuan ini dapat membuka peluang lebih banyak lagi untuk kedua negara, serta menghasilkan kerjasama yang saling menguntungkan,” harapnya.

Sebagai Informasi, Uganda-Indonesia Business Forum 2025 yang berlangsung di Jakarta, salah satunya membahas Pengembangan Mineral, Minyak, dan Gas, sektor yang menjadi fokus penting dalam upaya meningkatkan hubungan bilateral antara kedua negara. 

Forum ini mengidentifikasi berbagai peluang dalam eksplorasi dan pengolahan sumber daya alam Uganda yang kaya, serta pentingnya praktik pertambangan berkelanjutan yang mendukung perkembangan ekonomi lokal dan lingkungan.

Potensi besar yang dimiliki Uganda dalam sektor mineral, minyak, dan gas, serta tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan potensi tersebut. 

Di sisi lain, forum ini juga membuka ruang bagi kolaborasi antara Indonesia dan Uganda dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan mengoptimalkan peluang yang ada.

Dengan pendekatan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan dukungan teknologi yang tepat, Uganda dapat mengembangkan sumber daya alamnya dengan cara yang berkelanjutan. Dalam hal ini, Indonesia, yang memiliki pengalaman di sektor pertambangan, dapat berperan besar sebagai mitra strategis dalam pengembangan sektor-sektor ini.

Harapan terbesar dari forum ini adalah terciptanya langkah-langkah konkret untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber daya alam Uganda demi kemajuan kedua negara.

1. Eksplorasi dan Ekstraksi Mineral: Peluang Utama

Eksplorasi dan ekstraksi mineral menjadi salah satu sektor dengan potensi besar untuk pengembangan lebih lanjut.

Uganda, yang dikenal dengan kekayaan sumber daya alamnya, memiliki peluang signifikan dalam penambangan berbagai mineral bernilai tambah seperti emas, tembaga, kobalt, dan bijih besi. Dalam forum ini, para peserta mendiskusikan peluang investasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam sektor ini.

Sebagai negara yang memiliki cadangan mineral melimpah, Uganda menawarkan peluang bagi perusahaan-perusahaan internasional untuk terlibat dalam eksplorasi dan ekstraksi mineral, serta dalam pengembangan produk-produk bernilai tambah yang dapat memperkuat ekonomi nasional. 

Investasi dalam teknologi modern dan infrastruktur yang lebih baik diyakini akan membuka lebih banyak potensi sumber daya alam yang belum tergali secara optimal.

2. Pertambangan Berkelanjutan

Diskusi penting dalam forum ini juga berfokus pada pertambangan berkelanjutan. Salah satu aspek utama yang ditekankan adalah bagaimana melakukan pertambangan yang tidak hanya menguntungkan dari segi ekonomi tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan dan memberi manfaat bagi masyarakat lokal.

Uganda sebagai negara berkembang sangat membutuhkan teknologi ramah lingkungan yang dapat mengurangi dampak negatif penambangan terhadap ekosistem.

Sebagai contoh, penggunaan teknologi pengolahan yang efisien dan ramah lingkungan dapat memperbaiki kualitas hasil pertambangan sekaligus meminimalkan kerusakan pada lahan dan air. 

Pendekatan ini akan memungkinkan Uganda untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alamnya, sambil meningkatkan daya saing di pasar global.

3. Perjanjian Perdagangan Mineral dan Peraturan

Salah satu aspek penting yang juga dibahas adalah perjanjian perdagangan mineral yang akan mengatur tarif dan regulasi sektor pertambangan. 

Diskusi ini menyoroti pentingnya memiliki perjanjian yang jelas antara investor asing dan pemerintah Uganda, guna memastikan bahwa hubungan bisnis berjalan dengan lancar dan saling menguntungkan.

Penegakan peraturan yang lebih ketat di sektor ini juga bertujuan untuk mengurangi potensi kerugian dari penambangan ilegal dan menjamin manfaat jangka panjang bagi negara.

4. Investasi dalam Infrastruktur Pertambangan

Pentingnya investasi dalam infrastruktur pertambangan menjadi sorotan berikutnya. Untuk memaksimalkan potensi sektor pertambangan, Uganda memerlukan investasi besar dalam berbagai aspek infrastruktur, mulai dari transportasi hingga pabrik pengolahan. 

Pengembangan jalur transportasi yang lebih efisien akan memungkinkan distribusi hasil pertambangan ke pasar internasional dengan lebih mudah.

Lebih lanjut, pembangunan pabrik pengolahan mineral di dalam negeri akan meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan. Dengan begitu, Uganda tidak hanya akan menjual bahan mentah, tetapi juga produk olahan yang memiliki nilai lebih tinggi. (Lili Handayani)