Beranda Berita Nasional Harita Nickel: ESG dan Dampak Sosial di Industri Nikel

Harita Nickel: ESG dan Dampak Sosial di Industri Nikel

262
0
Community Affairs General Manager Harita Nickel, Dindin Makinudin. (Dok. MNI)
Community Affairs General Manager Harita Nickel, Dindin Makinudin. (Dok. MNI)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA- Community Affairs General Manager Harita Nickel, Dindin Makinudin, menyampaikan sejumlah informasi penting mengenai dampak positif dari industri nikel, khususnya terkait implementasi keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang diterapkan Harita Nickel.

Hal tersebut disampaikan dalam rangkaian acara Kick-Off Harita Nickel Journalism Award (HNJA) yang mengangkat tema ‘Uncovering ESG Transformation in Indonesia’s Nickel Mining Industry’, Jumat (4/7/2025).

Dindin membuka sesi dengan mengungkapkan komitmen Harita Nickel terhadap Environmental, Social, and Governance (ESG) dan bagaimana perusahaan telah berperan dalam mendukung keberlanjutan sosial, lingkungan, dan ekonomi di wilayah operasional mereka, khususnya di Maluku Utara. 

“Kami berkomitmen untuk mendukung hilirisasi industri nikel Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai pusat inovasi produk berbasis nikel, termasuk baterai listrik dan industri hijau yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat,” ujar Dindin dikutip nikel.co.id, Senin (7/7/2025).

Ia juga menambahkan bahwa Harita Nickel memiliki sekitar 22.000 tenaga kerja, 85% di antaranya adalah warga negara Indonesia, dan 45% di antaranya merupakan penduduk lokal dari Maluku Utara. 

“Keberadaan kami memberikan dampak langsung bagi ekonomi lokal,” jelasnya.

Dalam hal proses produksi, Harita Nickel mengembangkan dua teknologi utama dalam penambangan nikel, yaitu Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leach (HPAL). 

Teknologi ini tidak hanya memungkinkan mereka untuk memanfaatkan nikel jenis taproid yang sebelumnya tidak bernilai, tetapi juga menghasilkan produk MHP yang menjadi bahan baku baterai untuk kendaraan listrik. 

“Kami berada di posisi hulu dan tengah rantai pasokan industri nikel, dengan rencana strategis untuk pengembangan hilirisasi lebih lanjut,” tambahnya.

Ia menerangkan, terkait fokus Harita pada ESG.

Dalam industri ekstraksi, ESG kini menjadi perhatian utama para investor. Dindin menekankan pentingnya ESG dalam memastikan keberlanjutan perusahaan jangka panjang. 

“Investor dan bank kini semakin memperhatikan ESG untuk memastikan bahwa investasi yang mereka lakukan memenuhi standar keberlanjutan,” ujarnya.

Harita Nickel juga menerapkan kerangka keberlanjutan yang meliputi upaya mitigasi perubahan iklim, pengurangan emisi, pengelolaan limbah, serta konservasi sumber daya alam. 

Mereka juga berkomitmen untuk melindungi hak asasi manusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal, serta menyediakan fasilitas kesehatan dan pendidikan.

Dalam hal dampak ekonomi, Dindin memaparkan bagaimana hilirisasi nikel telah mendorong pertumbuhan ekonomi di Halmahera Selatan, tempat operasi utama mereka. 

“Sejak hilirisasi dimulai pada 2016, ekonomi Halmahera Selatan mengalami pertumbuhan yang signifikan,” ujarnya. 

Bahkan, kegiatan pengolahan nikel menjadi pendorong utama perekonomian lokal, dengan tercatatnya peningkatan PDRB yang sangat signifikan.

Harita Nickel juga berperan aktif dalam pemberdayaan ekonomi lokal, dengan menciptakan 729 peluang usaha melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat. 

Di antaranya, pengembangan kelompok tani, penyediaan bahan pangan lokal, dan pengembangan usaha mikro kecil menengah.

Selain itu, Dindin menyampaikan, Harita Nickel aktif dalam menjalankan program-program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang terintegrasi dengan kebutuhan masyarakat sekitar. 

Dalam hal pendidikan, perusahaan ini menyediakan fasilitas sekolah, makan gratis bagi siswa, serta infrastruktur lain yang mendukung proses belajar. Tidak hanya itu, mereka juga memfasilitasi pelestarian budaya lokal dan pembangunan sarana ibadah serta infrastruktur publik.

Dindin juga menyoroti pentingnya pendekatan sirkular ekonomi dalam setiap kegiatan operasional. Di kawasan operasional Harita Nickel, perusahaan tidak hanya fokus pada pertambangan, tetapi juga pada reklamasi lahan pascatambang. 

Salah satunya adalah pengelolaan kelapa dan produk turunannya, yang menjadi bagian dari upaya hilirisasi pertanian.Salah satu contoh menarik dari program pemberdayaan ekonomi adalah kelompok perempuan yang mengelola usaha kecil. 

“Kami mendukung perempuan dengan memberikan kesempatan untuk berwirausaha. Sekarang, ada 51 anggota kelompok perempuan yang menghasilkan pendapatan bulanan sekitar 5,1 miliar,” ungkap Dindin.

Menutup pemaparannya, Dindin menjelaskan bahwa ke depan Harita Nickel akan terus mengembangkan sistem pertanian terintegrasi yang tidak hanya mendukung kebutuhan internal, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal sebagai pemasok utama bahan baku. 

“Kami berencana untuk meningkatkan jumlah peluang usaha dan dampak sosial yang lebih besar lagi, dengan terus melibatkan masyarakat sekitar dalam setiap tahap kegiatan kami,” pungkasnya.

Dengan langkah-langkah ini, Harita Nickel tidak hanya berfokus pada keuntungan, tetapi juga berusaha untuk memberikan kontribusi positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat lokal, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih inklusif dan ramah lingkungan. (Lili Handayani)