
NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Nickel Industries Limited bersama sektor swasta, para pemangku kepentingan, Pemerintah Desa Makarti Jaya, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali, Pemerintah Kecamatan Bahodopi, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Ara, PT Selebes Kreatif Indonesia, dan masyarakat lokal, turut berpartisipasi dalam focus group discussion (FGD) dengan tema “Membangun Sinergi Lima Pilar Pengelolaan Sampah Menuju Sistem Terintegrasi dan Berkelanjutan” di MTs Alkhairaat Makarti Jaya, Morowali, Sulawesi Tengah, Kamis, 1 Mei 2025 lalu.
FGD tersebut diselenggarakan sebagai wadah partisipatif yang mempertemukan masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan di Kabupaten Morowali untuk menghimpun aspirasi, bertukar gagasan, dan membangun kolaborasi dalam merumuskan solusi konkret terhadap permasalahan pengelolaan sampah di wilayah tersebut.
Selain itu, agenda ini juga merupakan bentuk komitmen Nickel Industries dalam mengelola sampah dan mendorong ekosistem ekonomi sirkular di Desa Makarti Jayamelalui program Makarti Jaya Lestari Olah Sampah (Maleo).

Melalui keterangan resmi yang diterima nikel.co.id, Industrial Process Sustainability Lead Nickel Industries, Chrisma Virginia, mengungkapkan, program Maleo merupakan bentuk implementasi dari prinsip environment, social, and governance (ESG), khususnya pada aspek lingkungan dan sosial.
“Jika kita melihat dinamika Bahodopi yang kini berkembang menjadi kawasan urban-industri dengan pertumbuhan populasi yang signifikan, kami menyadari bahwa peningkatan volume sampah menjadi tantangan serius yang perlu segera diatasi. Oleh karena itu, perusahaan memandang pentingnya mengambil langkah nyata melalui kolaborasi yang inklusif, melibatkan masyarakat secara aktif dalam sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas. Tentu Inisiatif ini adalah bagian dari komitmen mewujudkan prinsip ESG, khususnya dalam pilar sosial di ranah eksternal kemasyarakatan,” ungkapnya, melalui keterangan tertulis yang diterima nikel.co.id, Selasa (6/5/2025).
Studi Nickel Industries pada 2023 di Kecamatan Bahodopi menunjukkan bahwa meskipun 67% responden mengetahui perbedaan sampah organik dan anorganik, sebagian besar tidak dapat menyebutkan contohnya.

Selain itu, 94% belum pernah mendengar konsep reduce, reuse, recycle (3R). Menanggapi hal ini, Nickel Industries berkolaborasi dengan Pemerintah Desa Makarti Jaya dan Yayasan Peduli Negeri (YPN) melalui program Maleo untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sampah sekaligus menciptakan peluang ekonomi dari kegiatan tersebut.
Saharuddin Ridwan dari Yayasan Peduli Negeri menyampaikan bahwa FGD yang telah dilaksanakan merupakan forum untuk merumuskan sistem pengelolaan sampah yang efektif, tepat sasaran, bertanggung jawab dan berkeadilan melalui kolaborasi yang menyeluruh.
“Melalui kolaborasi program dengan Nickel Industries, FGD ini menjadi sarana penting untuk menggali lima pilar pengelolaan sampah yang komprehensif dan partisipatif. Keberhasilan sistem ini bergantung pada sinergi antara regulasi, kelembagaan, pembiayaan, pemberdayaan masyarakat, dan dukungan teknologi. Peran aktif pemerintah desa, kepala dusun, dan BUMDes dalam menjalankan bank sampah induk & TPS3R ke depannya akan menjadi kunci dalam mewujudkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan menuju desa yang lestari, sehat, dan sejahtera,” ujarnya.

FGD yang diselenggarakan di Desa Makarti Jaya telah menghasilkan kesepakatan lima aspek strategis dalam penguatan pengelolaan sampah desa, yaitu penyelarasan regulasi, skema pembiayaan berkelanjutan, pembentukan kelembagaan seperti bank sampah, peningkatan partisipasi masyarakat, serta penerapan teknologi tepat guna.
Inisiatif ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah desa, sektor swasta, dan lembaga terkait dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah yang terstruktur dan berkelanjutan
Perwakilan Departemen Corporate Social Responsibility PT Hengjaya Mineralindo, Rakhmat Hidayat, menyampaikan bahwa sebagai anak perusahaan Nickel Industries, Hengjaya Mineralindo, memiliki andil juga dalam memastikan pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk mengatasi persoalan sampah di Bahodopi, khususnya di Desa Makarti Jaya.
“Kami berharap melalui FGD ini, langkah-langkah ke depan dalam pengelolaan sampah dapat berjalan lebih terarah dan berdampak. Kami menyadari bahwa sudah saatnya perusahaan berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah desa mengenai pentingnya pemilahan sampah, pengurangan penggunaan plastik, serta penerapan prinsip daur ulang. Inisiatif ini juga merupakan bagian dari program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) perusahaan yang difokuskan untuk mendukung desa-desa di sekitar area operasional tambang,” ungkapnya.
Melalui kolaborasi dalam program Maleo, Nickel Industries berkomitmen mengimplementasikan prinsip ESG secara nyata dengan melibatkan masyarakat lokal, sektor swasta, dan pemerintah daerah dalam penanganan persoalan persampahan.
Pendekatan partisipatif ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kemandirian masyarakat dalam menghadapi isu lingkungan, tetapi juga memperkuat tata kelola lokal yang inklusif, transparan, dan akuntabel. Sinergi antarpemangku kepentingan menjadi fondasi utama dalam membangun sistem pengelolaan lingkungan yang adaptif, kontekstual, dan berorientasi pada keberlanjutan jangka panjang.
Nickel Industries Limited didirikan di Australia pada September 2007. Grup ini telah menjadi produsen global dengan biaya rendah yang signifikan untuk nickel pig iron (NPI), bahan kunci dalam produksi stainless steel, serta produsen nickel matte berkualitas tinggi pada 2022, yang digunakan dalam rantai pasokan kendaraan listrik.
Dalam operasinya, Nickel Industries selalu berusaha untuk memenuhi perannya dalam pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan mendukung peningkatan kinerja secara berkelanjutan, melalui pelaksanaan nilai-nilai inti (keselamatan, komunikasi, keragaman, akuntabilitas, komunitas, dan lingkungan) yang sungguh-sungguh dan konsisten. (Lili Handayani)