

NIKEL.CO.ID, BALI – Konferensi Argus Nikel Indonesia 2025 resmi dibuka di Westin Resort Nusa Dua, Bali, Rabu (23/4/2025). Ketua Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Komjen Pol (Purn) Drs. Nanan Soekarna, menyampaikan apresiasi tinggi kepada Argus Media atas terselenggaranya konferensi berskala internasional ini.
“Atas nama APNI, saya ingin menyampaikan penghargaan yang tulus kepada Argus Media atas kepercayaan dan kemitraan dalam menyelenggarakan acara yang luar biasa ini. Kolaborasi ini tidak hanya menandakan visi bersama, tetapi juga menunjukkan peran strategis Indonesia dalam industri nikel global,” ujar Nanan dalam pidato pembukaannya di Bali, Rabu (23/4/2025).
Ia menekankan pentingnya sinergi antara Indonesia dan para pemangku kepentingan internasional dalam membangun industri nikel yang berkelanjutan dan tangguh.
“Mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk memperkuat jaringan, berbagi pengetahuan, dan bekerja menuju peta jalan bersama yang selaras dengan transisi global dan prioritas nasional,” tambahnya.

Wakil Kepala Polri 2011–2013 itu juga memberikan penghormatan kepada pembicara dari pemerintah, termasuk Tubagus Nugraha, Direktur Eksekutif Sinkronisasi Kebijakan Program Prioritas, Dewan Ekonomi Nasional (DEN).
Dalam sambutannya, Tubagus mengapresiasi penyelenggaraan konferensi dan menyarankan agar konferensi mendatang tetap diadakan di Jakarta untuk memudahkan partisipasi. Ia memaparkan bahwa pada 2024, Indonesia mengonsumsi lebih dari 250 juta ton bijih nikel, atau sekitar 2,4 juta ton logam nikel—meningkat 25% dari tahun sebelumnya.
“Namun, produksi logam nikel Indonesia baru mencapai 2,1 juta ton. Meski kadar logam masih aman di angka 1,6%, kita menghadapi penurunan kualitas sumber daya yang perlahan tapi pasti,” jelasnya.
Ia mengingatkan potensi tekanan terhadap sektor baja nasional, khususnya baja tahan karat, akibat menurunnya kualitas nikel.
DEN memperkirakan kapasitas produksi nikel Indonesia akan meningkat menjadi 3,3 juta ton, ditambah sekitar 80.000 ton dari produk turunan. Namun, tantangan struktural dan kebutuhan perencanaan jangka panjang tetap menjadi perhatian utama di tengah meningkatnya permintaan global terhadap energi bersih dan kendaraan listrik.
Dari Kementerian PPN/Bappenas, Direktur Sumber Daya Energi, Mineral, dan Pertambangan, Nizhar Marizi, menegaskan bahwa pemerintahan Prabowo Subianto memprioritaskan hilirisasi industri mineral.

“Kami ingin membangun pondasi industrialisasi melalui empat sektor: industri dasar, industri teknologi menengah-tinggi, industri berbasis SDA, dan barang konsumsi berkelanjutan. Fokus utama untuk lima tahun ke depan adalah nikel, tembaga, dan bauksit,” jelas Nizhar.
Sementara itu, Chi Hin Ling, Editor Argus Media, menambahkan bahwa Indonesia kini menjadi bagian penting dari jaringan global Argus.
“Kami adalah perusahaan global berbasis di London, dan Indonesia merupakan tambahan terbaru dalam jaringan kantor kami di Asia. Kami hadir langsung untuk memastikan akses informasi yang merata dan andal di semua pasar utama,” ujarnya.

Sekretaris Umum APNI, Meidy Katrin Lengkey, menyatakan bahwa kemitraan strategis dengan Argus telah dimulai sejak Oktober lalu.
“Hari ini menjadi momentum kolaborasi lanjutan dalam mendorong promosi dan keterlibatan Indonesia di pasar global. Indonesia telah menguasai lebih dari 60% produksi nikel dunia dan kini tengah menyusun format bursa komoditas nikel nasional,” ungkap Meidy.
Konferensi ini menjadi wadah penting untuk memperkuat kolaborasi, menjawab tantangan struktural, dan mendorong visi bersama menuju industri nikel yang bernilai tambah dan berkelanjutan. (Shiddiq/Lily)