Beranda Berita Nasional Tarif Dagang AS 32% terhadap Indonesia Ditengarai Untuk Kurangi Dominasi Cina Disektor...

Tarif Dagang AS 32% terhadap Indonesia Ditengarai Untuk Kurangi Dominasi Cina Disektor Nikel

1084
0
Anggota Komisi Vlll Erwin Aksa

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Anggota Komisi Vlll DPR RI, Erwin Mahmud (Erwin Aksa), menengarai bahwa kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menaikkan tarif dagang 32% terhadap Indonesia bertujuan agar Indonesia mengurangi dominasi investor China di sektor pertambangan nikel yang merupakan nikel terbesar nomor satu dunia.

“Salah satu keinginan besar dari AS adalah menguasai mineral kritis. Indonesia mempunyai mineral kritis terutama nikel. Nikel kita yang ada sekarang ini didominasi oleh pengusaha Cina atau perusahaan Cina,” ungkap Erwin dalam tayangan Youtube Tribun Timur pada Sabtu, (5/4/2025).

Menurutnya, pesan yang ditangkap dari Pemerintah AS ketika berkunjung ke negara itu, mereka ingin mengurangi dominasi Cina sehingga negara tersebut melalui perusahaan-perusahaannya ingin mengakuisisi perusahaan-perusahaan Cina yang ada di Indonesia.

“Seperti contoh, yang telah mereka lakukan di Panama Kanal yang merupakan Perusahaan Private AS Equity Black Rock membeli Panama Kanal dari Perusahaan Hongkong Hutchinson,” ujarnya.

Dia menegaskan, sekarang AS telah menguasai kembali Panama Kanal melalui perusahaan private equity mereka, yaiy Black Rock. Hal yang sama kemungkinan terjadi di Indonesia karena dominasi Cina yang terlalu besar dan AS ingin agar Indonesia mengurangi dominasi Cina terutama di sektor mineral kritis.

“Karena kepentingan AS ingin menguasai mineral kritis, terutama nikel,” tegasnya.

BACA JUGA: https://nikel.co.id/2025/04/07/indonesia-siapkan-diri-hadapi-perang-dagang-akibat-kebijakan-tarif-impor-as/

Erwin menambahkan bahwa potensi pasar nikel dunia sangat besar karena didorong oleh kebutuhan nikel untuk bahan dasar pembuatan baterai yang sangat penting untuk membangun baterai dan kendaraan listrik (EV), dan juga komponen-komponen lainnya.

“Dalam market share, Indonesia nomor satu di dunia dalam hal produksi nikel termasuk untuk bahan baku untuk baterai yang sekarang ini,” tambahnya.

Apalagi, Perusahaan Hyundai Motor Group bersama LG Energy Solution telah membangun pabriknya di Indonesia, tepatnya di Karawang New Industry City (KNIC). Pabrik ini memiliki kapasitas produksi mencapai 50.000 unit Battery Sytem Assemblies (BSA) untuk Battery Electric Vehicle (BEV) yang digunakan untuk memproduksi produk pertamanya di Indonesia, yakni Kona EV Terbaru. Pabrik ini juga diperkirakan dapat mengurangi emisi CO2 sekitar 16.000 ton per tahun.

“Bahkan Hyundai yang pabriknya ada di Karawang, Jawa Barat itu sudah ekspor ke AS karena dia sedang membangun pabrik baterai besar di AS dan ingin mengimpor nikel dari Indonesia,” pungkasnya. (Shiddiq)