Beranda Korporasi Smelter Nikel Senilai US$3 Miliar di Indonesia yang Didukung Tiongkok Terancam Ditutup

Smelter Nikel Senilai US$3 Miliar di Indonesia yang Didukung Tiongkok Terancam Ditutup

16447
0
Ilustrasi smelter nikel. (freepik.com)
Ilustrasi smelter nikel. (freepik.com)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Sebuah smelter nikel besar di Indonesia, PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), menghadapi penurunan produksi signifikan dan berpotensi menghentikan operasionalnya, beberapa bulan setelah perusahaan induknya di Tiongkok, Jiangsu Delong Nickel Industry Co., mengalami kebangkrutan. 

GNI dilaporkan menunda pembayaran kepada pemasok energi lokal dan kesulitan memperoleh bijih nikel. Jika kondisi ini berlanjut, penghentian produksi kemungkinan akan terjadi. Penurunan harga nikel global hampir setengahnya sejak akhir 2022, akibat peningkatan produksi di Indonesia, telah memaksa penutupan tambang dan pabrik di berbagai lokasi. Namun, bahkan smelter di Indonesia yang biasanya diuntungkan oleh biaya energi dan tenaga kerja yang lebih rendah kini merasakan dampaknya. Selain itu, pasokan bijih di dalam negeri telah ketat selama hampir setahun karena kurangnya kuota penambangan yang dikeluarkan oleh pemerintah. 

Situasi ini memperburuk kondisi GNI, yang sebelumnya telah terdampak oleh keruntuhan Delong. Konglomerat Tiongkok tersebut, yang dimiliki oleh Dai Guofang dan keluarganya, merupakan salah satu investor awal dalam industri smelter nikel Indonesia, namun terpaksa melakukan restrukturisasi oleh pengadilan Tiongkok tahun lalu. 

Bisnisnya menderita akibat perlambatan ekonomi Tiongkok dan persaingan ketat dari Tsingshan Holding Group, yang juga memiliki operasi besar di Indonesia. GNI, dengan kapasitas produksi 1,8 juta ton nickel pig iron per tahun, telah menghentikan sebagian besar dari lebih dari 20 jalur produksinya sejak awal tahun ini. 

Sebuah kelompok kerja yang terdiri dari pejabat pemerintah Tiongkok dan pengacara yang ditunjuk oleh pengadilan di Kabupaten Xiangshui, Provinsi Jiangsu, telah mengambil alih perusahaan sebagai bagian dari proses restrukturisasi Delong. 

Presiden Indonesia saat itu, Joko Widodo, menghadiri peresmian smelter ini pada 2021. GNI saat itu berencana menginvestasikan US$3 miliar dalam pabrik tersebut. Skalanya yang masif menjadikannya salah satu dari sedikit pesaing Tsingshan Holding Group di negara ini, di mana smelter mereka sebagian besar terkonsentrasi di kawasan industri yang dibangun khusus. 

Menanggapi isu ini, PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) mengeluarkan pernyataan resmi pada 25 Februari 2025 dengan nomor referensi 001/CC-PR/II/2025. Dalam pernyataan tersebut, GNI menyampaikan bahwa perusahaan sedang mengalami perubahan manajemen operasional yang diharapkan dapat memperkuat struktur perusahaan dalam menghadapi tantangan industri ke depan. 

Perusahaan juga menegaskan bahwa operasional tetap berjalan seperti biasa dan seoptimal mungkin, meskipun terdapat isu di media mengenai risiko penutupan perusahaan terkait permasalahan yang menimpa perusahaan induk di Tiongkok. 

GNI memastikan bahwa setiap keputusan diambil dengan pertimbangan matang dan tujuan jangka panjang untuk kepentingan bersama. Perusahaan juga memahami bahwa proses transisi ini mungkin menimbulkan ketidaknyamanan bagi beberapa pihak dan memohon maaf atas ketidaknyamanan yang mungkin terjadi. (Aninda)