Beranda Berita Nasional Peta Jalan Dekarbonisasi Industri Nikel: Menyongsong Masa Depan Energi yang Bertanggung Jawab

Peta Jalan Dekarbonisasi Industri Nikel: Menyongsong Masa Depan Energi yang Bertanggung Jawab

942
0
Infrastruktur Development Analyst Kementerian Perindustrian, Fausan Arif Darmadi, Wyndham, Jakarta, Rabu (12/2/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Industri nikel Indonesia tengah merumuskan langkah strategis untuk mengurangi dampak lingkungan sembari mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam acara Diskusi Terpumpun yang bertema “Menuju Rantai Pasok Nikel yang Lebih Bertanggung Jawab untuk Mendukung Transisi Energi Indonesia”,  Infrastruktur Development Analyst Kementerian Perindustrian, Fausan Arif Darmadi, memaparkan perkembangan terbaru terkait Peta Jalan Dekarbonisasi Industri Nikel.

Fausan menjelaskan bahwa meskipun peta jalan ini masih dalam tahap penyusunan dan belum final, ada beberapa poin penting yang akan menjadi fokus. Salah satunya adalah dampak industri nikel terhadap perekonomian dan emisi karbon.

“Industri nikel memang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi sayangnya juga meningkatkan emisi karbon, yang menjadi tantangan dalam mencapai target iklim,” ungkap Fausan dalam acara tersebut, di Wyndham Hotel, Jakrta, Rabu (12/2/2025).

Menurutnya, penambangan dan pengolahan nikel di Indonesia berperan besar dalam sektor energi, bahkan hampir mencapai seperempat dari total emisi gas rumah kaca (GRK) negara.

“Namun, di sisi lain, kami juga sedang merancang strategi dekarbonisasi yang dapat memitigasi dampak tersebut, dengan harapan bisa memenuhi target pengurangan emisi yang lebih ambisius,” tambahnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa dalam peta jalan ini juga akan dikaji terkait strategi dekarbonisasi, yang meliputi efisiensi energi, penggantian bahan bakar, penggunaan listrik rendah karbon, dan substitusi material.

“Kami berharap, dengan adanya integrasi energi terbarukan dan pemanfaatan biomassa serta LNG, industri nikel bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil,” terangnya.

Peta jalan ini juga memuat beberapa skenario yang mencakup proyeksi optimis dan pesimis, dengan keselarasan terhadap Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2045.

“Skenario ini menjadi landasan penting untuk mengarahkan kebijakan yang mendukung dekarbonisasi industri nikel di masa depan,” katanya.

Namun, meskipun langkah-langkah strategis ini telah dirancang, ia menegaskan bahwa ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, termasuk kebutuhan akan investasi teknologi ramah lingkungan dan penyediaan infrastruktur energi terbarukan.

“Meskipun tantangan ini besar, kami yakin dengan sinergi antara pemerintah, industri, dan masyarakat, kita dapat mewujudkan industri nikel yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan,” tutupnya.

Acara diskusi yang berlangsung di Hotel Wyndham, Jakarta, ini menjadi platform penting untuk menyusun langkah-langkah konkret dalam mewujudkan industri nikel yang lebih ramah lingkungan sambil mendukung transisi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau. (Shiddiq)