NIKEL.CO.ID, JAKARTA — PT Ifishdeco Tbk. menargetkan kenaikan produksi bijih nikel hingga tahun 2026. Peningkatan target produksi itu dilakukan, meskipun kinerja keuangan per kuartal III 2024 masih turun.
Diketahui, penjualan neto Ifishdeco sebesar Rp709,29 miliar per kuartal III 2024. Angka itu turun 28,89% secara tahunan alias year on year (YOY) dari Rp 997,56 miliar. Laba bersih perseroan juga tercatat turun 60,16% YoY ke Rp40,96 miliar pada akhir September 2024. Dengan begitu, laba neto per saham dasar menjadi Rp21 per kuartal III 2024, dari Rp48 pada periode sama tahun lalu.
Melalui keterangan resmi, manajemen Ifishdeco menyampaikan, penjualan bersih Ifishdeco per September 2024 berasal dari penjualan nikel ke PT Sekawan Sejati Resources sebesar Rp369,99 miliar dan PT Bukit Andalan Sukses Rp215,57 miliar, serta penjualan ke pihak ketiga sebesar Rp123,73 miliar.
Meskipun kinerja pada periode Januari-September 2024 masih lesu, Ifishdeco optimistis permintaan nikel dunia terus meningkat hingga akhir tahun ini. Oleh karena itu, perseroan bersiap mengerek produksi bijih nikel pada 2025-2026.
“Hal ini seiring dengan tingginya permintaan terhadap kendaraan listrik di dunia saat ini sekaligus menjadi opportunity bagi keberlangsungan usaha dalam jangka panjang,” ujar manajemen, dikutip nikel.co.id, Jumat (1/11/2024).
Selain itu, Ifishdeco juga menargetkan produksi bijih nikel sebanyak 2,203 juta ton hingga akhir tahun 2024. Sementara, target produksi bijih nikel ini meningkat menjadi 2,247 juta ton pada 2025. Lalu, produksi ditargetkan tumbuh maksimal menjadi 2,292 juta ton pada tahun 2026, atau rerata tiap tahun sebanyak 2,2 juta per tahun dan 6,6 juta selama tiga tahun.
Adapun lahan konsesi Ifishdeco terletak di Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Total luas lahan yang dimiliki perseroan mencapai 2.580 hektar dan IUP Operasi/Produksi sebesar 800 hektar.
“Kami juga akan terus melakukan transformasi digital. Langkah ini ditargetkan akan berdampak pada efisiensi, yakni penurunan beban operasional sekaligus pengawasan operasional,” papar manajemen.
Selain mengejar kenaikan volume produksi pada periode 2024-2026 dan efisiensi berkelanjutan, Ifishdeco juga membuka peluang untuk melakukan ekspansi organik lewat akuisisi tambang nikel sebagai sumber pertumbuhan baru di masa depan sekaligus memperbesar cadangan nikel.
Perseroan akan terus aktif untuk melihat sejumlah potensi akuisisi lewat berbagai opsi. Di antaranya adalah melakukan akuisisi greenfield atau akuisisi perusahaan tambang nikel yang sudah beroperasi.
“Kami optimistis pasar komoditas nikel tetap tumbuh positif. Optimisme ini juga seiring dengan beroperasinya sejumlah smelter pengolahan nikel di Tanah Air,” tutupnya. (Lili Handayani)