
NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan, Indonesia sudah mempunyai laboratorium metalurgi terbesar di luar Tiongkok yang dikelola oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).
Hal itu sebagaimana dikutip dari CNBC Indonesia, seusai pertemuan Luhut dengan Presiden Zanzibar dalam acara High Level Forum on Multistakeholder Partnership (HLF-MSP), di Bali, yang dimulai sejak 1 hingga 3 September 2024.
“Saya mengatakan bahwa memang ada negara-negara maju yang merasa kecolongan. Kok bisa negara berkembang bisa menjadi begini maju? Karena, kita sekarang memiliki laboratorium metalurgi terbesar di luar Tiongkok yang dikelola ITB, sehingga patennya adalah paten Indonesia,” sebut orang kepercayaan Presiden Joko Widodo tersebut.
Menurutnya, negara-negara Afrika, seperti Kongo dan Zimbabwe, melihat Indonesia sebagai model pembangunan di negara mereka, terutama di sektor hilirisasi. Selain itu, hilirisasi di Indonesia bisa terwujud karena adanya sebuah ekosistem yang dibangun secara beriringan sehingga ada jalan keluarnya (loop hole).
“Jadi sampai ke daur ulang, sehingga kita bisa mengekstrak lagi mulai dari nikel dan kobalt yang ada dalam baterai litium bekas itu. Indonesia akan melakukan itu,” ujarnya.
Dia menegaskan, laboratorium metalurgi ITB adalah suatu langkah yang luar biasa karena kalau dilihat pada 7-8 tahun lalu hal itu tidak pernah terbayangkan. Kini Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara-negara Afrika dan memiliki potensi kerja sama yang saling menguntungkan dalam pembuatan baterai.
“Ya, dengan Afrika saya kira ada, seperti Zimbabwe, kita sudah bicara dengan wakil presidennya. Mereka mempunyai banyak kobalt. Kongo juga mempunyai banyak kobalt, litium juga mereka banyak, dan mereka melihat Indonesia sebagai mitra potensial,” tegas jenderal purnawirawan TNI tersebut.
Ia menambahkan, potensi kerja sama dengan negara tetangga, Papua Nugini juga ada. Mereka meminta Indonesia untuk memberikan pengalaman keberhasilan dalam hilirisasi untuk dipraktikkan di sana. Mereka tertarik karena melihat langsung dalam kunjungannya ke Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Sulawesi dan Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Maluku Utara.
“Mereka melihat luar biasa kemajuannya. Di Gresik PT Freeport Indonesia, mereka melihat bagaimana tembaga dan emas itu bisa kita ekstrak sampai 50 ton emas per tahun. Ini bisa mencapai US$5 miliar dan mereka punya tembaga banyak jadi bisa kita ajak kerja sama,” tambahnya.
Dari gambaran tersebut, menurut mantan Menkopolhukam ini, Indonesia sekarang mempunyai posisi yang sangat bagus dengan potensi sebagai negara income country. Namun, semua ini tergantung dari Indonesia sendiri karena bonus demografi diperkirakan hanya sampai 2040, sehingga harus berhati-hati dalam memanfaatkannya untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
“Jadi, saya pikir kalau kita semua satu padu dengan baik, maka di tahun emas kita itu paling tidak kita bisa jadi income country,” pungkasnya. (Shiddiq)