Beranda Berita Nasional Deputi Kementerian Investasi/BKPM Tegaskan Investasi Eramet Hanya Ditunda

Deputi Kementerian Investasi/BKPM Tegaskan Investasi Eramet Hanya Ditunda

1839
0
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan. Dok: MNI/Rizky.

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Deputi Menteri Bidang Promosi Penanaman Modal di Kementerian Investasi Indonesia, Nurul Ichwan, menegaskan komitmen Eramet terhadap proyek terkait material baterai di Indonesia. 

“Eramet masih punya proyek-proyek yang mereka serius tetap kerjakan di beberapa tempat di Indonesia,” ujarnya saat ditemui di sela-sela International Battery Summit pada Selasa (30/7/2024). Eramet fokus memasok bahan baku untuk baterai yang memenuhi standar Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), yang dipersyaratkan oleh produsen baterai dan pabrik kendaraan listrik (EV) di Eropa.

Selain Eramet, Hyundai LG Indonesia (HLI) juga menjadi perhatian dengan proyeknya yang sudah berjalan. 

“HLI ini kan yang kemarin baru yang 10 gigawatt itu ya. Nanti dia ada tambahan, lahannya sudah dia siapkan di sampingnya,” jelas Nurul, merujuk pada rencana ekspansi hingga 20 gigawatt. Pemerintah Indonesia mendukung pengembangan ini dengan membangun ekosistem yang mencakup seluruh rantai pasokan dari hulu ke hilir.

Ia juga menyoroti pentingnya pengembangan infrastruktur pendukung, seperti stasiun pengisian daya. 

“Nah, yang berikutnya harus dilakukan adalah bagaimana charging station ini bisa kita perbanyak sehingga orang membeli mobil listrik tidak punya keraguan dimanapun dia bisa menghargai ulang baterainya,” katanya. 

Ia tidak ingin orang yang misalnya, pulang ke Banten, baterai mobil listriknya habis di tengah jalan. 

“Kalau saya pulang ke Banten misalnya, ternyata baterai saya mati di jalan, di Banten nggak ada charging station, mobil itu masa mau saya tinggalin di jalan, kan gitu? Nah, yang berikutnya harus dilakukan adalah bagaimana charging station ini bisa kita perbanyak sehingga orang membeli mobil listrik tidak punya keraguan dimanapun dia bisa menghargai ulang baterainya”, jelasnya.

Sejauh ini berdasarkan regulasi, investasi yang masuk untuk memproduksi baterai kendaraan listrik adalah minimal US$10 miliar untuk masing-masing titik investasi.

“Ini masih perlu direview kembali karena tidak mungkin hanya untuk charging station sampai 10 miliar itu terlalu besar,” tegasnya.

Ia menekankan bahwa pasar yang kuat adalah kunci untuk menarik investasi. 

“Investment is driven by market,” tegas Nurul, mengingatkan bahwa investor akan tertarik hanya jika ada keyakinan terhadap pertumbuhan pasar EV. 
Dengan dukungan pemerintah dan potensi pasar yang besar di Indonesia, Nurul optimistis bahwa negara ini dapat menjadi bagian penting dari rantai pasokan global untuk manufaktur kendaraan listrik. (Aninda)