
NIKEL.CO.ID, JAKARTA – International Battery Summit (IBS) 2024, di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, 29 Juli–30 Juli 2024, mengundang kekaguman dari para pesertanya. Salah satunya, hadirnya para pembicara berkompeten di bidangnya, baik dalam maupun luar negeri.
Industry and Regional Analyst Office of Chief Economist Bank Mandiri, Stella Kusumawardhani, salah satu peserta konferensi tingkat tinggi berskala internasional, tak menyembunyikan rasa kagumnya ketika ditemui nikel.co.id di sela-sela acara.
“Menurut saya acara International Battery Summit ini sangat oke. Saya jadi mendapatkan update tidak hanya policy, tetapi juga teknologi baterai yang akan digunakan di Indonesia,” ujar Stella.
Ia menambahkan, sejumlah perusahaan dari pelbagai negara, termasuk Vietnam, Korea, Jepang, dan China, telah mempromosikan penelitian mereka terkait teknologi baterai.
“Kemarin ada beberapa perusahaan dari Vietnam, Korea, Jepang, dan, tentu saja, China yang promote research apa yang sedang mereka lakukan di perusahaan masing-masing dan bagimana hal itu bisa menjadi potensi juga untuk diadopsi di Indonesia,” ujar analis otomotif di divisinya itu.
Namun, sambungnya, yang paling menarik adalah Indonesia ternyata juga memiliki pusat penelitian sendiri yang fokus pada pengembangan teknologi baterai. Ditambah lagi, Indonesia telah membuka pusat standardisasi untuk baterai, yang menjadi langkah penting dalam mendukung industri ini.
“Hal paling menarik adalah Indonesia ternyata juga punya research center baterai tersendiri dan kita akan membuka juga pusat standardisasi untuk baterai,” ungkapnya kagum.
Pernyataan ini, lanjutnya, sejalan dengan yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, yang sebelumnya menyatakan bahwa Indonesia memiliki pusat riset baterai di Morowali dan Weda Bay. Selain itu, Prof. Evvy juga mengungkapkan bahwa Indonesia kini memiliki battery testing laboratory yang berfungsi untuk menguji standar baterai sebelum diadopsi secara komersial.
“Ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi dari luar negeri menawarkan berbagai inovasi, Indonesia memiliki potensi dan kapabilitas untuk tidak hanya mengadopsi teknologi tersebut, tetapi juga melakukan penelitian, pengembangan, dan standardisasi sendiri,” ujar Stella.
Langkah-langkah tersebut, katanya menambahkan, menegaskan komitmen Indonesia untuk menjadi pusat teknologi baterai yang mandiri dan berdaya saing global. Dengan infrastruktur riset yang semakin berkembang, Indonesia siap untuk mengambil peran lebih besar dalam industri baterai dunia, yang semakin penting di era transisi energi bersih dan penggunaan EV. (Aninda)