NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Peralihan kendaraan berbahan fosil ke kendaraan berbahan listrik kurang diminati oleh masyarakat sehingga banyak kembali menggunakan kendaraan fosil. Hal ini dinilai karena ekosistemnya belum terbangun dengan baik dan menyeluruh.
Pendiri National Battery Research Institute (NBRI), Prof. Evvy Kartini, menjelaskan, bagaimanapun peralihan dari kendaraan berbahan fosil ke kendaraan berbahan listrik adalah keniscayaan.
“Ini adalah suatu kewajiban, suatu saat kita harus berganti ketika kita bilang Net Zero Emission (NZE), artinya sudah tidak ada mobil yang berbahan bakar fosil pada tahun 2060, kita sudah masuk era kendaraan listrik,” jelas Prof. Evvy usai Konferensi Pers International Battery Summit 2024 di Restoran Parley Senayan, Jakarta, baru-baru ini.
Menurutnya, di negara Eropa maupun negara-negara Skandinavia seperti Finlandia menargetkan bahwa pada tahun 2035 mereka sudah bebas emisi (NZE) dan semuanya sudah menggunakan mobil listrik. Sedangkan untuk Indonesia sebetulnya sudah mempunyai target NZE tahun 2030 untuk menggunakan kendaraan listrik roda dua sebanyak 14 juta unit dan 4 juta unit untuk roda empat.
“Tapi sekarang ini untuk mencapai ke sana belum ada 1 juta. Pertanyaannya kenapa? Jadi, sebenarnya pertanyaannya itu berhak dijawab dengan, apa orang kalau mau beli motor listrik apa yang dipikirin? Ngecashnya (isi baterai)! Jadi, Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU)-nya harus diperbanyak. Jadi ekosistem inilah yang harus dipersiapkan,” ujarnya.
Dia menuturkan, ekosistem kendaraan listrik ini harus ditumbuhkan, seperti orang ketika naik kendaraan mobil tidak berfikir panjang karena untuk bahan bakarnya ketika habis bisa langsung diisi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang telah tersedia diberbagai tempat yang mudah dijangkau.
“Ini yang harus dibuat! Jadi, kalau anda naik motor di manapun anda bisa mengisi ke SPBU motor anda bisa diisi sendiri. Jadi ekosistem ini yang harus dibangun,” tuturnya.
Ia juga memaparkan, selain ditempat strategis, SPKLU juga harus dibangun secara menyeluruh hingga sampai ke pelosok-pelosok daerah dan pedesaan. Seperti kantor pos, semua masyarakat diperkotaan hingga pedesaan di berbagai daerah sudah mengetahui kantor pos. Jadi, bagaimana setiap kantor pos disetiap kecamatan itu dibangun SPKLU.
“Jadi, sebenarnya itu business development tanpa harus membuat suatu area mereka bisa menyewakan lahannya untuk motor listrik sehingga orang bisa pakai dimana-mana,” paparnya.
Prof. Evvy menegaskan, ketika ekosistemnya sudah terbangun maka dengan sendirinya kendaraan listrik akan diminati oleh masyarakat sehingga masyarakat akan mudah beralih.
“Jadi ini yang harus dilakukan karena sistem itu harus memudahkan orang, orang harus merasa nyaman dan tidak takut mengisi baterai listriknya karena sudah tersedia disetiap tempat,” tegasnya. (Shiddiq)