Beranda Juli 2024 Menteri ESDM RI Tinjau Kemajuan Proyek Smelter Merah Putih Ceria, Sinyal Commisioning

Menteri ESDM RI Tinjau Kemajuan Proyek Smelter Merah Putih Ceria, Sinyal Commisioning

1575
0
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Arifin Tasrif, saat melakukan kunjungan kerja di Proyek Strategis Nasional (PSN) & Objek Vital Nasional (Obvitnas) Smelter Merah Putih PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria) di Wolo, Kabupaten Kolaka. (Dok. Ceria)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Arifin Tasrif, saat melakukan kunjungan kerja di Proyek Strategis Nasional (PSN) & Objek Vital Nasional (Obvitnas) Smelter Merah Putih PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria) di Wolo, Kabupaten Kolaka. (Dok. Ceria)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Arifin Tasrif, melakukan kunjungan kerja di Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Objek Vital Nasional (Obvitnas) Smelter Merah Putih PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria) di Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara pada 1 – 2 Juli 2024.

Arifin didampingi Staf Khusus (Stafsus) Menteri ESDM RI Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Prof. Irwandy Arief, dan Direkur Pembinaan Pengusahaan Mineral ESDM RI, Tri Winarno.

Rombongan Kementerian ESDM RI juga didampingi oleh jajaran direksi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang dipimpin oleh  Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., Darmawan Junaidi, beserta jajaran direksi PT PLN (Persero) yang dipimpin oleh Direktur Retail & Niaga, Edi Srimulyanti.

Dalam kunjungan kerja tersebut, Arifin mengapresiasi kemajuan proyek tersebut dan mengungkapkan bahwa proyek Smelter Merah Putih Ceria merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

“Saya berkesempatan melihat kemajuan fisik proyek smelter dari Ceria yang kita harapkan bahwa mechanical completion bisa segera dilaksanakan dan bisa commissioning di akhir tahun ini,” ungkapnya, dikutip nikel.co.id, Jumat (5/7/2024).

Adapun proyek smelter yang dimaksud adalah smelter dengan teknologi mutakhir Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang memiliki salah satu tungku terbesar di Indonesia 72 MVA untuk mengolah bijih Nikel Saprolite yang menghasilkan output Feronikel dengan kadar nikel sebesar 22% dan ditargetkan rampung pada 2024.

Smelter tersebut nantinya akan mendapatkan pasokan listrik dari PT PLN (Persero) dengan total kapasitas 414 MVA atau sekitar 352 MW, yang telah disepakati dengan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) antara PLN dan Ceria. Pasokan listrik tersebut sudah mulai dialirkan bertahap pada tahun 2024 ini.

Lebih lanjut, Arifin menekankan bahwa pemerintah berharap pelaku industri pemurnian mineral harus bisa mengembangkan ekosistem untuk produk akhir elektrifikasi, karena Indonesia memiliki sumber daya mineral yang sangat bernilai.

“Kita harus merespon bagaimana industri dalam negeri bisa berkembang dan cita-cita elektrifikasi bisa tercapai. Nikel ini tentu saja ada di poros baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt). Kita punya nikel, limonite, dan cobalt konten yang signifikan, kemudian kita juga masih punya sumber mangan. Inilah yang harus kita integrasikan,” imbuh Menteri Arifin.

Sementara itu, CEO Ceria Group, Derian Sakmiwata, mengungkapkan keyakinannya dalam penyelesaian proyek smelter Merah Putih Ceria, yang akan mulai beroperasi dalam waktu dekat dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

“Proyek Smelter RKEF Line 1 Ceria akan beroperasi dalam dua hingga tiga bulan ke depan. Terima kasih banyak atas kedatangan Bapak Menteri ESDM RI, jajaran Direksi Bank Mandiri dan PLN untuk melihat langsung perkembangan proyek kami, yang tentu semakin memacu semangat kami dalam penyelesaian proyek ini,” ujarnya.

Derian juga menyebut bahwa proyek Smelter RKEF Line 1 Ceria merupakan langkah awal perusahaan untuk menjadi global player dalam memproduksi Green Nickel Product dan baterai kendaraan listrik yang berbasis pada keberlanjutan. 

“Ceria masih memiliki target membangun 4 jalur RKEF yang akan dibangun secara bertahap, dan juga akan membangun smelter dengan teknologi HPAL (High Pressure Acid Leaching),” tambahnya.

Lebih lanjut, Derian menegaskan bahwa seluruh aktivitas Ceria Group berpedoman pada kerangka Environmental, Social, and Governance (ESG).

Perusahaan juga berkomitmen pada aspek kemasyarakatan melalui Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)  serta kaidah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 

“Ceria aktif untuk menerapkan IRMA (Initiative for Responsibility Mining Assurance), yang merupakan cara kami untuk meningkatkan pola operasi untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dan sosial lebih detail. Kami berupaya dengan keras untuk mencegah mencegah bahaya-bahaya yang akan terjadi,” jelasnya.

Smelter Nikel dengan Investor Domestik

Proyek fasilitas pemurnian bijih nikel milik Ceria merupakan proyek smelter di Indonesia pertama yang didanai oleh perbankan nasional, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Menteri Arifin mengatakan bahwa ini adalah proyek pendanaan pertama yang dibiayai perbankan nasional, dan pemerintah terus berusaha memfasilitasi lembaga perbankan untuk mendanai proyek-proyek smelter maupun sektor energi lainnya. 

“Ini mungkin project financing pertama yang dilakukan dan masih banyak lagi national financial yang bisa kita dukung opportunity-nya terutama untuk di migas. Karena pemerintah tengah menggenjot infrastruktur energi, selain juga program hilirisasi dalam pemrosesan sumber daya mineral kita,” bebernya.

Pemerintah, sambungnya, memiliki visi untuk mendorong dan mempercepat proses hilirisasi. Penyelesaian sejumlah proyek hilirisasi tengah didorong agar dapat selesai pada waktu yang ditentukan, sehingga industri di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang, serta akan meningkatkan nilai tambah dari produk turunan mineral. 

“Kita ingin produk yang kita hasilkan punya nilai tambah yang tinggi, karena itu kita perlu smelter untuk bisa mendorong pembangunan dan perekeonomian nasional,” jelas Arifin.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, mengatakan bahwa proyek smelter nikel Ceria merupakan Proyek Strategis Nasional pertama yang dibiayai oleh investor lokal. Pihaknya juga berkomitmen untuk mendukung penyelesaian proyek ini dengan baik dan sesuai dengan target yang telah ditentukan.

“Kita juga melihat langsung kesungguhan dari pihak Ceria dalam menyelesaikan proyek ini, termasuk bagaimana mengupayakan pasokan energi hijau yang dibutuhkan dari PLN. Kami berterima kasih kepada pihak Ceria yang terus memberikan update-nya kepada kami dan kami siap bersama-sama untuk mengembangkan ekosistem ini untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” imbuhnya. (Lili Handayani)