Beranda Berita International Menteri ESDM: Komitmen Indonesia Kurangi Emisi Dibuktikan dengan Peta Jalan NZE

Menteri ESDM: Komitmen Indonesia Kurangi Emisi Dibuktikan dengan Peta Jalan NZE

2081
0
Kementerian ESDM.

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, sampaikan komitmen Indonesia menggunakan energi bersih untuk mengurangi emisi diperkuat dengan Road Map atau Peta Jalan Net Zero Emission (NZE) di hadapan Nikkei Forum Future of Asia, Tokyo, Jepang.

Hal ini dia sampaikan dalam kunjungannya ke Tokyo, Jepang dalam acara Nikkei Forum Future of Asia pada Jumat, (24/5/2024). Indonesia bertekad mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan mencapai NZE sesuai kondisi dan kemampuan nasionalnya pada tahun 2060 atau 2070.

“Peta Jalan ini terdiri atas pengembangan energi terbarukan, program reduksi karbon, pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), elektrifikasi, efisiensi energi, juga carbon capture storage/carbon capture utilization (CCS/CCUS),” tegas Arifin dalam keterangan pers Kementerian ESDM, Senin, (27/5/2024).

Menurutnya, dalam rangka mencapai tujuan NZE, Indonesia telah mulai melakukan transisi energi yang ramah lingkungan dan bersih.

“Indonesia telah menerbitkan Enhanced National Determined Contribution (ENDC) yang akan semakin mengurangi emisi pada sektor energi,” ujarnya.

Arifin mengakui, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan Peta Jalan tersebut. Padahal Indonesia merupakan negara yang kaya akam sumber energi, baik hidrogen maupun energi terbarukan yang bersih.

“Indonesia dikaruniai dengan energi berbasis hidrokarbon seperti minyak bumi, gas bumi, serta batubara, dan energi terbarukan yakni energi hidro, panas bumi, surya, angin, dan bioenergi. Namun pertanyaan kini adalah bagaimana pemanfaatannya,” paparnya yang hingga saat ini masih berada di Jepang.

Dia menuturkan, Indonesia juga sudah memiliki beberapa program yang sedang dijalankan, diantaranya pembangunan infrastruktur interkoneksi ketenagalistrikan, infrastruktur gas bumi, eksplorasi gas alam secara masif, program phase down PLTU, PLTS Atap dan Terapung, pengembangan PLTP dan PLTA, ekosistem kendaraan listrik, dan pilot project CCS/CCUS yang ditargetkan beroperasi pada 2030.

Dalam pembiayaan program tersebut, ia mengakui, masih diperlukan dukungan finasial lebih jauh untuk mempercepat pencapaian NZE. Saat ini memang sudah ada beberapa inisiatif pembiayaan, seperti dari Just Energy Transition Partnership (JETP),Asia Zero Emission Community (AZEC), dan IPEP yang saat ini sedang berlangsung. Selain itu, pengembangan teknologi pada skala industri perlu untuk diakselerasi dan dipermudah untuk memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan.

“Indonesia memperluas hilir industri pengolahan mineral untuk membangun ekosistem dan rantai pasokan yang mendukung transisi energi, serta menciptakan lapangan kerja baru,” tuturnya.

Ia menjelaskan, Indonesia juga mendorong hilirisasi komoditas tambang mineral yang mendukung pengembangan ekosistem energi baru dan terbarukan. Pada sektor pertambangan mineral, Indonesia mendukung hilirisasi komoditas mineral yang dapat mendukung pengembangan ekosistem EBT dan transisi energi.

Selain itu, transisi ke kendaraan listrik dipandang sebagai strategi utama untuk melakukan dekarbonisasi transportasi jalan raya, yang menawarkan manfaat ganda yaitu mengurangi emisi sekaligus mendukung dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan. Sektor transportasi akan menjadi sasaran pengurangan emisi, apalagi dengan meningkatnya penggunaan transportasi.

“Kita tidak mau lagi menambah emisi di atmosfer kita,” jelasnya.

Mengakhiri pemaparannya, Arifin menegaskan, program transisi energi bersih harus memberikan dampak yang positif kepada masyarakat.

“Kerja sama antar negara maju, berkembang dan tidak berkembang harus diperkuat untuk saling mengisi kesenjangan, supaya no one left behind,”  paparnya.  (Shiddiq)