
NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Head of Sustainability Industries Nickel Limited (NIC), Muchtazar, mengatakan, Indonesia merupakan pusat global pasokan nikel untuk electric vehicle (EV) dan pasokan EV berjalan dengan baik, itulah yang membuat investasi menarik di Indonesia.
Hal ini disampaikan dalam acara The 3rd Nickel Producers , Processors & Buyers Conference, pada hari kedua yang diselenggarakan Petromindo di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu, (8/5/2024).
“Indonesia sekarang menjadi pusat global pasokan nikel untuk EV dan revolusi pasokan EV di Indonesia kini berjalan dengan baik,” kata Muchtazar dalam slide pemaparannya itu.
Sebelumnya, menurut dia, nikel sulfat merupakan bahan baku untuk pembuatan baterai dari nickel manganese cobalt (NMC) yang dominan saat ini hanya dapat dibuat dari nikel sulfat. Kekurangan bijih sulfida secara historis terbukti menjadi hambatan bagi produsen prekursor untuk mengamankan pasokan bahan baku untuk produksi nikel Kelas 1.
Pada tahun 2021, Tsingshan mengumumkan telah berhasil menggunakan bijih laterit untuk memproduksi nikel matte, membuka sumber penting untuk nikel tingkat baterai. Pemain bahan EV, terutama pembuat prekursor Cina dan pembuat OEM global sekarang menjadi investor aktif di Indonesia, mengembangkan rantai pasok di sekitar sumber daya bijih laterit yang berharga.
“Integrasi vertikal pasokan mendukung harapan bahwa nikel matte dan campuran hidroksida endapan (Mixed Hydroxide Precipitate/MHP) akan menjadi jalan pemrosesan dominan untuk nikel sulfat untuk permintaan baterai EV,” ujanrya.
Ia menjelaskan, produsen EV global aktif di Indonesia untuk membangun rantai pasok terintegrasi mulai dari hulu dilakukan penambangan bahan mentah, seperti nikel, cobalt, manganese, alumunium dan lithium. Dari bahan mentah dilakukan proses pemurnian yang menjadi nikel sulfat, cobalt sulfat, manganese sulfat, alumunium sulfat, dan Li karbonat/Li hydroxide.
“Selanjutnya, masuk ke proses pertengahan untuk mengolah prekursor material atau prekursor (PCAM/Ni Co Mn) diubah menjadi katoda material (Ni Co Mn LI) dan diubah menjadi Li-ion battery atau battery cell diubah kembali menjadi produk akhir yaitu EV,” jelasnya.
Muchtazar menuturkan, kegiatan operasi dari NIC di Indonesia yang merupakan perusahaan pengolahan nikel terkemuka, dan saat ini sedang memproduksi beberapa unit nikel padat modal terendah yang paling menguntungkan di pasar global dalam kemitraan dengan Tsingshan, produsen baja tahan karat terbesar di dunia.
“Sejak penawaran umum perdana sahamnya, NIC telah memantapkan dirinya sebagai produsen nickel pig iron (NPI) yang signifikan secara global. Dan, baru-baru ini melakukan diversifikasi ke rantai pasok baterai kendaraan listrik nikel (EV) kelas 1 dengan mengubah sebagian produksinya saat ini menjadi nikel matte dan juga memperoleh minat dalam proyek huayue nickel cobalt high pressure acid leach (HPAL) (HNC) yang beroperasi,” tuturnya.
Dia juga memaparkan, NIC baru-baru ini juga mengumumkan keputusan investasi akhir yang positif untuk proyek excelsior nickel cobalt HPAL (ENC) yang tumbuh dan semakin mendiversifikasi produksinya ke dalam rantai pasok baterai EV.
“Nickel Industries telah membangun jejak operasi di dua pusat produksi nikel terbesar di dunia yaitu di Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) berlokasi di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah dan Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) yang berada di Desa Lelilef, Kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara,” paparnya. (Shiddiq)