Beranda April 2024 Stafsus Menteri ESDM: Kenaikan Harga Nikel Masih Fluktuatif

Stafsus Menteri ESDM: Kenaikan Harga Nikel Masih Fluktuatif

2150
0

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, mengatakan, kenaikan harga nikel yang terjadi saat ini masih berfluktuasi.

“Saya melihat bahwa itu berfluktuasi . Jadi komoditas itu naik turun,” kata Agus menjawab pertanyaan wartawan di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (26/4/2024).

Menurutnya, dari pengalaman yang pernah ia miliki seperti harga alumunium yang pernah berada di posisi US$1.600 per ton namun sekarang sudah berada di posisi US$2.500 per ton. Hal ini adalah peringatan bagi pengusaha tambang untuk mengantisipasi gejolak harga.

“Jadi itu adalah sinyal awas-awas bagi para pengusaha kita yang bergerak dibidang tambanga harus mempunyai kemampuan untuk memproduksi terutama revinery pada saat harga paling rendah kalau dia ingin sustay,” ujarnya.

Dia menambahkan, kenaikan harga alumunium sebesar US$1.600 per ton itu membuat perusahaan tambang alumunium di Australia langsung tutup dan tidak mampu berproduksi dengan harga tersebut.

“Yang mampu itu yang menggunakan alat penggerak PLTA dan kita Alhamdulillah kita punya,” tambahnya.

Ia menuturkan, sebagai pengusaha ketika terjadi kenaikan harga komoditas tambang maka sebaiknya laba tersebut disimpan dan digunakan pada saat harga turun.

“Itu adalah behaviour daripada sebuah perusahaan. Mereka harus siap pada saat keadaan terjelek tapi itu memang kompetitif daripada perusahaan. Tidak selamanya (harga) dia diatas,” tuturnya.

Agus menjelaskan, indikasi yang mempengaruhi harga nikel naik dan turun dipengaruhi oleh faktor industri stainless steel selama puluhan tahun lalu dan sekarang battery electric vehicle (BEV). Naiknya nikel tidak terlalu signifikan dan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang rata-rata naik sekitar 2% 3% atau 4%. “Oleh karena itu pabrik nikel kita dari dulu sedikit, begitu ada baterai keluar pakai nikel baru banyak pabrik nikel,” jelasnya.

Lebih lanjut, dia memaparkan, pasar nikel saat ini belum stabil karena masih ada persoalan dalam perusahaan pengolahan, dan ada juga persoalan penggunaan bahan baku baterai dengan bahan baku nikel atau LFP dan lainnya yang memerlukan aturan yang jelas dan obyektif.

Namun, persoalan itu ditengarai hanya sebuah permainan marketing untuk mempromosikan produk-produk yang ingin mereka perkenalkan dan menguasai pasar.

“Menurut saya pasar belum stabil, ada pabrik pengolah yang ribut, ada lagi orang yang tidak mau pakai nikel, itu sebenarnya semuanya hanya gimmick saja,” paparnya. (shiddiq)