Beranda April 2024 Sekum APNI: Tiga Mineral Kritis NMC Potensi Pendapatan Negara

Sekum APNI: Tiga Mineral Kritis NMC Potensi Pendapatan Negara

3253
0
Sekum Meidy Katrin sedang berbicara dengan para pemateri FGD IMI, Hotel St. Regis, Kamis (4/4/2024). Dok. MNI

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (Sekum APNI), Meidy Katrin lengkey, menyampaikan, tiga mineral kritis, yakni nickel, manganese, cobalt (NMC) termasuk feronikel, adalah potensi bagi pemasukan negara berupa royalti.

Hal itu disampaikannya dalam acara Focus Group Discussion Indonesia Mining Institute (FGD IMI), yang bertema “Kajian Kondisi Pasar Pasir Besi dan Aturan Hilirisasi Pasir Besi untuk Industri Besi dan Baja”, di Hotel St. Regis, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (4/4/2024).

“Kita sudah memiliki pabrik di Morowali, khususnya tiga mineral kritis yakni NMC, dan feronikel serta nikel matte. Inilah yang memiliki potensi memberikan pemasukan bagi negara berupa royalti. Lithium ferrophosphate (LFP) masuk ke dalam mineral kritis,” ungkap Meidy pada sesi pertama acara tersebut.

Dia sempat menunjukkan data informatif tentang grafik penjualan besi dari China. Para importir di grafik berasal dari Australi, Brazil, dan India. Fero sangat erat kaitannya dengan nikel, yakni stainless steel.

Nikel, ia melanjutkan, sudah mempunyai Harga Patokan Mineral (HPM) yang diterbitkan pemerintah dan APNI juga telah membentuk wadah penetapan harga nikel, yakni Indonesia Nickel Price Index (INPI), seperti nikel matte, kobalt, dan fero.

Sementara itu, Komisaris Utama Indonesian Mining Institute (IMI), Prof. Ir. Irwandy Arif, M.Sc., menjelaskan, tujuan FGD ini untuk melihat potensi pasir besi yang sumber daya dan cadangannya masih banyak di Indonesia.

“Kita lihat, apakah potensinya bisa menjadi, selain ke arah besi baja, juga ke produk-produk yang lainnya yang bisa secara komersial punya pasar yang baik,” kata Prof. Irwandy saat ditemui tim MNI/nikel.co.id usai acara tersebut.

Selain itu, dia juga menjelaskan, mengenai material padat (dense material) dan media padat (dense media). Misalnya, kalau dense media itu menjadi coal washing plant untuk meningkatkan kalori batu bara yang sudah tinggi ditinggikan lagi,” jelas Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba itu.

Ia memaparkan, di sini juga dibahas ferosulfat (FeSO4) yang bisa diolah menjadi katode untuk baterai kendaraan listrik.

“Peluang-peluang ini yang kita inventarisir bagaimana pemanfaatan dari pasir besi,” paparnya.

Selama ini, sambungnyua, di sektor pertambangan bijih besi ada 90 perusahaan yang telah mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP), tetapi baru 1 dari Kontrak Karya (KK) yang telah beroperasi.

“Baru 4 yang disetujui. Dari semuanya itu yang disetujui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB), baik pasir besi maupun biji besi, baru 4. Dan, di antara 4 itu baru satu yang dari pasir besi,” tegasnya. (Shiddiq)