Beranda Januari 2024 IKI: Industri Nikel Alami Penurunan 3,4 Persen di 2023

IKI: Industri Nikel Alami Penurunan 3,4 Persen di 2023

3072
0

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Fluktuasi harga nikel di tengah ketidakpastian ekonomi global pascapandemi Covid-19 terus berusaha mengokohkan dan menstabilkan nilai perdagangan internasional. Namun harga nikel Indonesia di ujung tahun 2023 mengalami penurunan di kisaran 3,4%.

Hal ini menurut Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Kementerian Perindustrian RI per 28 Desember 2023. IKI sendiri adalah data persepsi dan merupakan indikator derajat keyakinan atau tingkat opitimisme industri manufaktur dalam perkembangan bisnisnya serta data berdasarkan laporan perusahaan industri.

“Sebagian besar negara mempertahankan suku bunga sebesar  6% untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan,” kata Jubir Kemenperin RI, Febri Hendi Antoni Arif, sebagaimana dikutip laman resmi Youtube Kementerian Perindustrian RI, Senin (22/1/2024).

Menurutnya, harga energi mengalami kenaikan sedangkan harga non energi turun pada Desember 2023. Harga energi di bulan Desember 2023 cenderung naik, dan harga minyak mentah mempengaruhi kinerja industri. Harga minyak mentah mengalami trend peningkatan sebesar 0,3% sepanjang Desember 2023 sedangkan harga batubara meningkat 16,19% dibanding bulan November 2023.

“Sementara itu, harga komoditas non energi rata-rata mengalami penurunan, harga minyak kelapa sawit pada bulan Desember 2023 turun 2,3% dibanding bulan sebelumnya. Harga karet turun 1,7% dan harga nikel turun 3,4%,” ujarnya.

Dia menjelaskan, untuk pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia cukup posistif yang mencapai 4,94% Year on Year (YoY). Untuk sektor industri pengolahan minyak dan gas (migas) nilai melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,02%. Sedangkan realisasi investasi nasional mampu mencapai Rp1.053,1 triliun lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 18%.

Sedangkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, adanya kenaikan realisasi investasi di sektor ESDM tahun 2023 sebesar US$30,3 miliar atau meningkat sebesar 11% dari tahun sebelumya di tahun 2022.

“Di sektor mineral dan batu bara (Minerba) 7,46, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) sebesar 1,5 dan listrik 5,8. Jadi kalau kita melihat trend ini kita sebetulnya memiliki trend yang cukup baik sebelumnya di tahun 2018-2019,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Di sektor Minerba, menurut Menteri Arifin, untuk meningkatkan tata kelola digunakan ekosistem dengan Sistem Informasi Minerba antara kementerian dan lembaga (K/L) secara virtual atau yang disebut Simbara. Simbara ini merupakan aplikasi Pengawasan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Tata Niaga Minerba  yang saat ini telah menintegrasikan batu bara yang diharapkan tahun 2024, nikel dan timah bisa masuk dalam sistem Simbara.

“Tidak saja nikel dan timah tapi juga kita harapkan komoditas-komoditas mineral lainnya juga itu bisa diintegrasikan ke dalam Simbara. Jadi, itulah manfaat pada Simbara,” ujarnya.

Sementara, ia melanjtkan,  realisasi capaian di sektor pemurnian mineral, yaitu smelter nikel sebesar US$2.676,4 juta di tahun 2023.

“Jadi kita ada beberapa komoditas di sini bahwa dari pembangunan smelter nikel ini masih ada satu yang perlu diselesaikan,” lanjutnya.

Arifin memaparkan, selain pembangunan smelter nikel masih ada pembangunan smelter bauksit yang sejauh ini telah tertingal jauh dari smelter nikel. Ada beberapa smelter bauksit yang harus diselesaikan pembangunannya di tahun 2024 ini.

“Kemudian bauksit kita ketinggalan, ini masih ada enam pembangunan smelter yang ketinggalan yang pembangunannya masih antara 30% sampai dengan 60%. Baru satu yang mencapai 90%, sedangkan yang 60% harus diselesaikan,” ujarnya.

Selanjutnya, dia menuturkan, ada juga pembangunan smelter besi yang sudah selesai karena hanya satu smelter yang dibangun hingga 2023 kemarin. Kemudian juga ada pembangunan smelter untuk tembaga dan masih dalam tahap penyelesaian.

“Tembaga ini masih dalam penyelesaian. (Pembangunan smelter tembaga ini) ada dua yang paling besar yang pertama di Gersik Tuban Jawa Timur dan kedua di Nusa Tenggara Barat,” tuturnya.

Ia juga memaparkan, untuk realisasi investasi pembangunan pemurnian atau smelter tahun 2023 terdiri dari empat komoditas, yaitu nikel, bauksit, besi, dan tembaga.

Untuk smelter nikel dalam tahap eksisting berjumlah 5 pabrik dan tahap rencana  berjumlah 2 pabrik sehingga total smelter nikel 2023 ada sebanyak 7 pabrik dengan nilai total sebesar US$2.676,4 juta. Sedangkan pembangunan smelter bauksit dalam tahap rencana berjumlah 7 pabrik di tahun 2023 dengan nilai total sebesar US$5.853,5 juta.

Kemudian pembangunan smelter besi adalam tahap rencana berjumlah 1 pabrik dengan nilai total sebesar US$51,5 juta. Lalu, untuk pembangunan smelter tembaga dalam tahap rencana berjumlah 1 pabrik dengan nilai total sebesar US$3.084,7 juta.

“Sehingga total pembangunan fasilitas pemurnian (smelter) mineral yang terintegrasi di tahun 2023 berjumlah 16 smelter dengan total nilai sebesar US$11.666,2 juta,” paparnya.

Menteri Arifin juga membeberkan, pembangunan smelter terintegrasi dengan penambangan tahun 2023 yang merupakan kekuatan nasional untuk pengembangan ekosistem indutri baterai terintegrasi. (Shiddiq)