Beranda Berita Nasional Hanya Indonesia yang Punya Benchmark Bijih Nikel di Dunia

Hanya Indonesia yang Punya Benchmark Bijih Nikel di Dunia

3668
0
Sekum APNI, Meidy Katrin Lengkey, saat memaparkan Pencapaian APNI di “Peak Performance Summit SBU Mineral PT Sucofindo (Foto: Dok APNI)

NICKEL.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Umum (Sekum) Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, mengatakan, hanya Indonesia yang memiliki patokan bijih nikel (benchmark nickel ore) di antara negara nikel lainnya di dunia.

Hal tersebut disampaikannya dalam pemaparan materi pertama “Pencapaian APNI” pada “Peak Performance Summit SBU Mineral PT Sucofindo”. APNI dalam umur tujuh tahun sudah menghebohkan dunia pertambangan dengan menginisiasi lahirnya Harga Patokan Mineral (HPM) nikel yang merupakan kebanggaan bagi APNI dan negara Indonesia.

“Kita sudah tersebar ke seluruh dunia yang sebentar lagi kita gunakan untuk ‘seluruh negara nikel’ di dunia (dan) satu-satunya negara yang punya benchmark bijih nikel hanya Indonesia,” kata Meidy dalam acara yang berlangsung di Ruang Amanah, Graha Sucofindo, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (19/12/2023).

Menurutnya, kesuksesan inisiasi HPM diperkuat dengan kebijakan Permen ESDM No. 11 Tahun 2020 dan Kepmenko Marves No. 108 Tahun 2020. Kemudian, yang kedua, APNI juga menginisiasi free on board (FOB) sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Minerba No. 3.E/MB.01/DJB/2022.

Selain itu, sambungnya, APNI juga telah berhasil mengadakan training of trainers (TOT) sebanyak empat kali, hadir dalam pertemuan-pertemuan internasional, dan menginisiasi Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB) 3 Tahun. Terakhir, di ujung tahun 2023 ini, APNI menginisiasi terbitnya Indeks Harga Nikel Indonesia atau  Indonesia Nickel Price Index (INPI).

Dia menuturkan, posisi cadangan dan produksi mineral global Indonesia yang akan naik daun pada 2024 dari critical mining adalah copper (tembaga).

Pemrosesan nikel Indonesia, katanya menambahkan, mulai dari limonit yang diperkirakan menyimpan cadangan sebesar 3,6 miliar ton dengan penggunaan teknologi hidrometalurgi (HPAL) sampai dengan saprolit yang menyimpan cadangan sebesar 930 juta ton menggunakan teknologi pirometalurgi (RKEF).

“Pabrik pengolahan nikel di Indonesia saat ini sebanyak 81 pabrik dan lini produksi operasi sebanyak 247,” tambahnya.

Dari data APNI, lanjutnya, porsi terbesar proyek-proyek baru untuk memproduksi nikel primer. Proyek-proyek HPAL semakin meningkatkan kepentingan Indonesia. Adapun, pembiayaan dan harga nikel yang lebih rendah merupakan masalah utama untuk investasi.

“Kebijakan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dan kebijakan nasional lainnya dapat memberikan dampak signifikan,” paparnya. (Shiddiq/Nin)