Beranda Berita Nasional Presdir Harita: Indonesia Berhasil Kembangkan Industri Nikel Berkat Hilirisasi

Presdir Harita: Indonesia Berhasil Kembangkan Industri Nikel Berkat Hilirisasi

3595
0

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Presiden Direktur PT Trimegah Bangun Persada (TBP) atau Harita Nickel (NCKL), Roy A. Arfandy, mengatakan, Indonesia berhasil mengembangkan industri nikel berkat program hilirisasi di awal 2020 yang menjadikan komoditas nikel memiliki nilai tambah.

Hal ini disampaikannya dalam pemaparan acara Internasional “ASEAN Ni- Cr- Mn Stainless Steel Industry Chain Summit 2023” Bali dengan tema “Kisah sukses hilirisasi nikel Indonesia”.

“Indonesia telah bertransformasi dari negara pengekspor menjadi pemain kunci global di bidang besi/baja dan semakin mengembangkan industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri,” kata Roy dalam acara tersebut, Selasa (28/11/2023).

Menurutnya, keberhasilan itu tampak pada ekspor komoditas turunan nikel yang terjadi sebelum hilirisasi diberlakukan sangat signifikan dari 2017 dan 2022.

“Ekspor produk turunan nikel Indonesia meningkat signifikan dari hanya US$ 4,31 miliar pada tahun 2017 menjadi US$ 34,28 miliar pada tahun 2022 karena inisiatif hilirisasi yang didorong oleh pemerintah,” ujarnya.

Dia menuturkan, pasar nikel Indonesia dan perkembangan terkini dari sejarahnya, menurutnya Indonesia adalah salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar saat ini sedang mengoptimalisasi nilai produk turunan nikel.

Hal ini tampak dari cadangan nikel dunia, Indonesia ada diurutan pertama yaitu, 21 juta ton disusul Australia 21 juta ton, Brazil 16 juta ton, Rusia 7,5 juta ton, New Caledonia 7,1 juta ton, Philipina 4,8 juta ton.

“Canada 2,2 juta ton, China 2,1 juta ton Amerika Serikat 0,37 juta ton, Negara-negara lain 20 juta ton,” tuturnya.

Ia juga menjelaskan, mengenai nilai tambah produk turunan nikel yang menjadi target prioritas diantaranya, Stainless steel CRC/HRC dengan nilai tambah 9,5x dan EV battery dengan nilai tambah 67x, sedangkan permintaan global 2045 sebesar US$ 5,91 miliar per ton.

Dari kemajuan industri nikel diperkirakan berdampak pada ekonomi dibidang investasi 2023/2040 mencapai sebesar US$ 127,9 Miliar dan GDP 2040 sebesar US$ 43,2 Miliar, Tenaga Kerja (Orang) 2033/2040 sebanyak 357.000 orang.

“(Serta export 2040 mencapai sebesarUS$ 81,0 Miliar,” jelasnya.

Untuk total Penerimaan hasil penjualan FeNi/NPI, Iron and Steel, Nickel Matte, MSP/MHP dalam Miliar US$, Roy memaparkan, pada tahun 2010 total pendapatan mencapai 3,08 miliar US$.

Tahun 2011 mencapai 3,26 miliar US$
Tahun 2012 mencapai 2,59 miliar US$
Tahun 2013 mencapai 2,33 miliar US$
Tahun 2014 mencapai 2,94 miliar US$
Tahun 2015 mencapai 3,04 miliar US$
Tahun 2016 mencapai 2,65 miliar US$
Tahun 2017 mencapai 4,31 miliar US$
Tahun 2018 mencapai 7,01 miliar US$
Tahun 2019 mencapai 8,53 miliar US$
Tahun 2020 mencapai 11,89 miliar US$
Tahun 2021 mencapai 22,53 miliar US$
Tahun 2022 mencapai 34,28 miliar US$
Tahun 2023 mencapai 16,54 miliar US$

Dia membeberkan, dibawah Grup Harita yang didirikan lebih dari 100 tahun yang lalu dan kini masih tetap dimiliki dan dikendalikan oleh keluarga lim.

“Gup ini mempekerjakan lebih dari 40.000 orang di berbagai bisnis yang berbeda,” bebernya.

Ia menjelaskan, Harita Nikel merupakan pertambangan nikel dan salah satu produsen bijih nikel terbesar di Indonesia dengan tambang berlokasi di Pulau Obi.

Harita Nickel mulai beroperasi pada tahun 2007 di pulau Obi dan mendapat mandat dari pemerintah Indonesia untuk melaksanakan proyek strategis nasional kawasan industri Obi pada tahun 2020.

“Dan memiliki pengolahan, dua smelter feronikel, satu kilang HPAL yang memiliki rencana perluasan HPAL dan RKEF yang sedang berjalan. Total kapasitas 240 ribu ton nikel per tahun pada tahun 2024,” jelasnya. (Shiddiq)