NIKEL.CO.ID, 4 SEPTEMBER 2023 – Wakil Menteri BUMN, Kartiko Wirjoatmodjo, mengungkapkan, selama ini Indonesia hanya mengekspor nikel setengah jadi dan kini sudah saatnya mulai mengekspor manufaktur produk jadi atau produk akhir dari bahan baku nikel. Hal ini dimulai dengan berproduksinya pabrik baterai kendaraan listrik atau Battery Electric Vehicle (BEV) untuk domestik maupun ekspor yang direncanakan beroperasi pada tahun 2027.
“Kita yang tadinya banyak ekspor bijih (nikel) sekarang akan masuk ke ekspor manufacturing. Mudah-mudahan tahun 2027 nanti mulai bisa memproduksi baterai untuk domestik maupun untuk ekspor juga,” kata Titto seperti dikutip CNBC Indonesia, Senin, (4/9/2023).
Menurutnya, Indonesia sekarang sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan baterai EV terbesar di dunia yakni CATL asal China dan LG asal Korea Selatan yang bekerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
“Kita di MIND ID dan Antam sudah ada kerja sama dengan CATL dengan LG bagaimana membangun ekosistem baterai ini mulai dari hulu pertambangan di sisi smelternya sampai ke sisi baterainya,” ujarnya.
Untuk itu, dia menjelaskan, dalam mencapai tujuan tersebut maka pemerintah saat ini sedang mempercepat proses kerja sama antar para pihak dengan transformasi mineral untuk menjadi produk baterai EV dalam negeri sebagai langkah peruhaban besar kedepan.
“Kita lagi dorong supaya dipercepat dengan CATL dan ini bisa menjadi salah satu perubahan besar dalam transformasi mineral,” jelasnya.
Seirama dengan Tiko, Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso, mengatakan, Holding BUMN Pertambangan MIND ID berencana membangun pabrik baterai kendaraan listrik berkapasitas 15 Giga Watt (GW) pada 2027 mendatang. Proyek ini digadang-gadang membutuhkan investasi sebesar US$12 miliar atau Rp183 triliun.
Untuk itu, MIND ID sekarang sedang memulai melakukan beberapa terobosan untuk menggenjot ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dengan menggandeng perusahaan asal China, CATL melalui Antam untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik di tanah air.
“Rencananya 15 GW sampai 2027, (Kebutuhan investasi) US$12 miliar,” kata Hendi.
Lebih lannjut, dia menuturkan, dalam pelaksanaannya produksi BEV di dalam negeri harus seimbang dengan penyerapan di dalam negeri juga. Seperti pengembangan pangsa pasar kendaraan listrik baik motor maupun mobil harus berjalan seiring.
Masih banyak persoalan yang harus diselesaikan untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik agar berjalan dengan baik. Seperti melengkapi berbagai komponen baterai yang dibutuhkan hingga selesai menjadi produk baterai. Oleh karena itu, MIN ID melakukan berbagai kerja sama kepada semua pihak termasuk dari swasta yang bergerak dibindang pertambangan dan eksplorasi yang ingin terlibat dapalam proyek percepatan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia yang dimulai dari dari hulu ke hilir. (Shiddiq)