NIKEL. CO. ID, 17 JULI 2023 – PT Merdeka Battery Materials Tbk, (MBM) memiliki langkah strategis pengembangan usaha bisnis dengan rencana pembangunan pabrik High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Indonesia Konawe Industri Park (IKIP) yang ditargetkan pada tahun 2025 sudah bisa berproduksi.
“MBM berencana untuk mengembangkan kemampuan pemrosesan HPAL di IKIP yang saat ini sedang aktif berdiskusi dengan calon mitra usaha patungan HPAL,” kata Perusahaan MBM yang dikutip halaman MBM, Senin (17/7/2023).
Menurutnya, rencananya pabrik HPAL akan memberikan MBM eksposur lebih lanjut terhadap rantai nilai mineral strategis dan baterai kendaraan bermotor listrik yang akan memanfaatkan sumberdaya limonit tambang SCM yang besar.
“Pabrik HPAL diharapkan dapat memproses bijih nikel limonit dari tambang SCM dengan kapasitas yang direncanakan sebesar 120 ktpa berupa Mixed Hydroxide Precipitate (MHP),” ujarnya.
Perusahaan MBM, menuturkan, pembangunan pabrik HPAL ini nantinya akan berproduksi dan menghasilkan produk setengah jadi yang akan memenuhi kebutuhan rantai pasok bahan baku baterai untuk kendaraan listrik dan direncanakan dalam dua tahun kedepan sudah berproduksi.
“Poduk nikel antara yang dihasilkan dari bijih nikel laterit, yang diharapkan akan mulai berproduksi pada tahun 2025 untuk memasok bahan baku prekursor hilir yang selanjutnya digunakan dalam produksi baterai kendaraan bermotor listrik,” tuturnya.
Dalam pemenuhan bijih mentah, MBM memiliki pasokan dari perusahaan tambang yang dimilikinya sendiri, yaitu PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM). Penguasaan SCM ini dari hasil akuisisi MBM yang membeli saham SCM secara mayoritas sebagai strategi jangka panjang dalam pengembangan bisnisnya.
“MBM memiliki 51,0% saham di PT Sulawesi Cahaya Mineral (tambang SCM), yang berlokasi di Konawe, Sulawesi Tenggara,” urainya.
Perlu diketahui, Tambang SCM diperkirakan memiliki kandungan sumber daya nikel terbesar di dunia yang mengandung sekitar 13,8 juta ton nikel (kadar 1,22% Ni) dan 1,0 juta ton kobalt (kadar 0,08% Co).
Sebelum dikuasai MBM, tambang SCM dimiliki oleh Rio Tinto yang merupakan tambang terbuka yang besar, dekat dengan permukaan, dan berbiaya rendah, dalam konsesi seluas 21.100 hektar.
“MBM dapat memanfaatkan keahlian Merdeka yang telah teruji dalam operasi penambangan dan pemrosesan pada saat MBM meningkatkan kegiatan operasi penambangan secara bertahap di tambang SCM,” tutur perusahaan MBM.
Selain itu, MBM memaparkan, tambang SCM juga memiliki sumberdaya nikel limonit yang kaya, dengan komposisi campuran antara nikel limonit (77%) dan nikel saprolit (23%).
Adapun bijih nikel limonit merupakan bahan baku yang digunakan dalam produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) melalui teknologi pemrosesan HPAL. Dari proses tersebut diubah menjadi nikel sulfat untuk digunakan dalam produksi baterai kendaraan bermotor listrik.
“Seluruh bijih nikel saprolit yang diproduksi oleh tambang SCM akan menjadi pemasok bahan baku di masa depan untuk peleburan RKEF kami yang berlokasi di Kawasan Industri Morowali (IMIP),” paparnya.
MBM meyakini, sumber daya tambang SCM yang besar ini akan mendukung pasokan bahan baku bijih nikel dalam multidekade untuk operasi hilir.
“Kami percaya ini akan menarik peluang kemitraan di aset hilir dengan memberikan volume produksi yang signifikan dan arus kas jangka panjang yang dapat diprediksi untuk MBM,” tekannya.
Saat ini, untuk mewujudkan hal itu, MBM bersama dengan Tsingshan, membentuk suatu usaha patungan untuk mengembangkan Kawasan Industri Konawe (IKIP), kawasan industri yang berfokus pada bahan baku baterai masa depan, seluas kurang lebih 3.500 hektar.
Pertambangan terpadu IKIP akan dikembangkan dan dioperasikan bersama-sama oleh MBM dan Tsingshan di dalam area konsesi tambang SCM, dengan persetujuan perizinan yang sedang berjalan.
Kemitraan dengan Tsingshan memungkinkan MBM untuk memanfaatkan rekam jejak dan pengalaman Tsingshan yang telah terbukti dalam mengembangkan IMIP dan PT Indonesia Weda Bay Industrial Park.
“Dalam IKIP, MBM akan berfokus pada pengolahan nikel dengan metode hidrometalurgi melalui teknologi HPAL. Kegiatan operasi di IKIP akan memberikan penekanan yang kuat terhadap ESG,” tutupnya. (Shiddiq)