Beranda Korporasi NCKL Nilai Smelter HPAL Miliknya Gunakan Teknologi Green Energy

NCKL Nilai Smelter HPAL Miliknya Gunakan Teknologi Green Energy

1318
0
Dirut NCKL Roy Arman Arfandy didampingi Cor.Com NCKL Ani Rahmi saat doorstop bersama wartawan usai RUPST 2023 Grand Hotel Sheraton Gandaria Jakarta Selatan, Rabu (28/6/2023). Dok. MNI foto by: Shiddiq

NIKEL.CO.ID, 3 Juli 2023 – Direktur Utama PT Trimegah Bangun Persada (PT TBP) NCKL, Roy Arman Arfandy, mengungkapkan, NCKL telah menggunakan green energy (energi hijau) untuk pabrik smelter dalam pengolahan nikel sulfat dengan teknologi high pressure acid leach (HPAL) yang merupakan bahan baku untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.

“Untuk green tecnology, saya kira teknologi kami, penggunaan untuk proses pembuatan bahan baku baterai mobil listrik itu termasuk salah satu teknologi yang prosesnya cukup green,” kata Roy dalam konferensi pers RUPTS NCKL yang diikuti nikel.co.id, baru-baru ini di Jakarta.

Menurutnya, pabrik smelter PT TBP atau Harita Nickel dengan kode saham NCKL dahulunya menggunakan teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF) untuk mengolah bijih nikel kelas satu menjadi feronikel sebagai bahan baku pelapis baja anti karat (stainless steel). Penggunaan teknologi RKEF dinilai lebih banyak mengeluarkan karbon dan belum ramah lingkungan.

“Teknologi HPAL itu adalah teknologi hidrometalurgi yang menggunakan banyak air dan tidak terlalu menggunakan banyak energi listrik dibanding proses pembuatan feronikel. Itu salah satu effort kami agar kita fokus untuk peningkatan kapasitas dan produksi MHP yang lebih green,” jelasnya.

Dia menuturkan, NCKL sekarang telah memanfaatkan bijih nikel kelas satu yang dulunya terbuang dengan diolah menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP) hingga menjadi nikel sulfat untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.

“Tentunya, kami mendukung produksi MHP ini agar kelak bisa menambah suplai MHP untuk pembuatan baterai mobil listrik yang juga akan green,” tuturnya.

Untuk memenuhi program pemerintah dalam penggunaan teknologi hijau, ia mengungkapkan, perusahaan tambang nikelnya ini juga mulai menerapkan ESG (enveronmental, social, and governance) dan sustainability (keberlanjutan) dengan merencanakan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan kapasitas sebesar 300 Mega Watt (MW) yang ada di Pulau Obi, Maluku, hingga akhir 2025.

“Sementara ini, kami sudah melakukan secara bertahap, walaupun belum signifikan, tapi sudah menguat. Kemudian memasang panel-panel surya di jalan di lokasi pabrik kami, di beberapa tempat di lokasi kami, dan beberapa kendaraan dinas di sana juga sudah menggunakaan motor listrik atau mobil listrik,” ungkapnya.

Roy juga menguraikan, terkait capain investasi (capex) NCKL pada 2023 ini lebih kecil dibandingkan 2022 lalu. Realisasi investasi tahun ini hanya tercapai 60 juta saham atau Rp1 triliun. Menurutnya, hal ini disebabkan adanya percepatan pembangunan pabrik smelter dan penambahan kapasitas lini produksi selama tiga tahun terakhir.

“Jadi, kami ini ada sedikit penambahan di expantion untuk equity junction di perusahaan hangat,” urainya.

Dalam pada itu, Direktur Keuangan PT TBP (NCKL), Suparsin Darmo Liwan, mengakui, untuk capek tahun 2023 ini tercapai sebesar US$60 juta atau sekitar Rp900 miliar lebih. Untuk capek pada kuartal l 2023 mencapai sekitar US$18 juta.

“Kurang lebih seperempat dari yang sudah direncanakan dan sebenarnya itu terbesar untuk penyelesaian fasilitas produksi RKEF di PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF). Seperti yang kita tahu, untuk fasilitas produksi di PT HJF ini ada 8 lini produksi dan di kuartal kedua ini semua lini produksi sudah mulai berjalan. Jadi, semuanya sudah mulai berproduksi,” pungkasnya.

Reporter: Shiddiq

Editor: Rusdi Dj.