NIKEL.CO.ID, 30 MEI 2023-Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia memberikan dukungan penuh kepada investor asing yang ingin membangun industri hilir hingga pabrik baterai dan kendaraan listrik di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Nanan Soekarna, General Manager of Investment and Development Department Lygend Resources and Technology Co, Ltd., Alan Ge, dan Chief Executive Officer Shanghai Metals Market, Adam Fan menyentuhkan masing-masing telapak tangan kanannya ke layar screen. Mengikuti hitungan mundur dimulai dari angka lima, empat, tiga, dua, satu, dan 2023 Indonesia Nickel and Cobalt Industry Chain Conference pun resmi dibuka di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (30/5/2023).
Acara 2023 Indonesia Nickel and Cobalt Industry Chain Conference yang terselenggara atas kerja sama Shanghai Metals Market (SMM) dengan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengangkat tema “The New Ecology of Nickel and Cobalt Industry Under Globalization”.
Konferensi yang menghadirkan lebih dari 30 pembicara dan sekitar 300 delegasi dari seluruh dunia. 2023 Indonesia Nickel and Cobalt Industry Chain Conference diselenggarakan selama dua hari, mulai 30 hingga 31 Mei 2023.
Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan dalam sambutan mengatakan, Pemerintah Indonesia siap menjalin kerja sama dengan investor dari negara manapun. Pemerintah Indonesia akan memberikan dukungan penuh untuk semua investasi di Indonesia.
“Saya janjikan kepada Anda, jika ada masalah di sana sini, beritahukan kepada saya,” tegas Luhut.
Luhut menuturkan, baru-baru ini dia mengunjungi 16 pabrik di China. Dia mengakui China merupakan salah satu negara maju di dunia.
“Saya ingin mengetahui mengapa China bisa maju, karena teknologi, team work, dan mereka fokus untuk mengembangkan ekonomi. Sehingga memberikan banyak pengalaman untuk Indonesia,” tutur Luhut.
Pembangunan di Indonesia sendiri, terang Luhut, semula lebih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera. Saat ini, dari investasi yang masuk di Indonesia disasarkan untuk pembangunan kawasan industri di wilayah Indonesia timur.
Pemerintah saat ini juga sedang mengembangkan sektor downstream untuk industri pengolahan bijih nikel. Saat ini industri hilir masih memproduksi intermediatte product, seperti NPI, feronikel, dan MHP. Namun, pemerintah juga ingin meningkatkan nilai tambah bijih nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle).
“Kita berharap di kuartal II tahun 2025, Indonesia sudah memproduksi baterai untuk kendaraan listrik. Indonesia saat ini masih dalam tahap di downstream dalam memaksimalkan bijih nikel,” harapnya.
Luhut optimistis, ke depan Indonesia bukan hanya sebagai negara pemilik sumber daya dan cadangan bijih nikel terbesar dunia. Lebih dari itu, Indonesia bakal menjadi penggerak utama dari supply bahan baku baterai EV dunia.
Meskipun Indonesia membuka pintu bagi investor untuk membangun sektor downstream, Luhut menegaskan, Indonesia bukan negara bodoh.
“Indonesia bisa bekerja sama dengan negara lain, namun tidak ada yang bisa mendikte saya. Percaya sama saya, selama saya berada di sini, tidak ada yang bisa mendikte Indonesia!” tegas Luhut.
Indonesia, masih menurut Luhut, hampir punya semua. Indonesia saat ini sedang membangun ekosistem baterai dan kendaraan listrik. Perusahaan otomotif, apakah itu Ford, Hyundai, Tesla, dan lainnya, bisa datang dan menjalin kerja sama dengan Indonesia. Karena, Indonesia tidak mau bergantung kepada salah satu negara, baik itu Eropa, Amerika, China, atau negara lainnya.
“Tapi, kita perlu bekerja sama sama dengan negara manapun. Selama kerja sama itu menguntungkan kedua belah pihak. Kepada pihak asing, mari kita bekerja bersama-sama, berkolaborasi, namun saling menghargai satu sama lain, itu sangat penting,” kata Luhut. (Lili/Syarif)