NIKEL.CO.ID, 17 MEI 2023-PT Hydrotech Metal Indonesia (HMI) telah mematenkan Step Temperature Acid Leach (STAL). Teknologi ini mengolah bijih nikel kadar rendah sehingga mempunyai added value.
Vice President Technology & Engineering Trinitan Green Energy Metals, Rulan Dinary menyampaikan bahwa Indonesia memiliki sumber daya dan cadangan nikel terbesar di dunia. Namun, sumber daya dan cadangan nikel kadar rendah atau limonit lebih besar dibandingkan nikel kadar tinggi atau saprolit. Saat ini di Indonesia lebih banyak pabrik berteknologi RKEF yang mengolah saprolit untuk bahan baku stainless steel. Sementara pabrik hidrometalurgi berteknologi HPAL yang mengolah limonit jumlahnya masih sedikit.
“PT Hydrotech Metal Indonesia (HMI), anak usaha dari PT Trinitans Group, pada 2007 melakukan riset terhadap suatu teknologi yang juga bisa memaksimalkan limonit. Teknologi itu bernama Step Temperature Acid Leach (STAL),” kata Rulan Dinary saat menyampaikan materi “Mengoptimalkan Nikel Kelas 1 Indonesia untuk Supply Chain Transisi Green Energy”, di hari ketiga Training of Trainers APNI di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Rabu (17/5/2023).
APNI memilih materi “Teknologi Hidrometalurgi” di Training of Trainers hari ketiga yang diikuti 152 perserta.
Rulan menjelaskan, HMI adalah perusahaan research and development (R&D) pada proses metals dan mineral, yang berdiri tahun 2020. HMI telah mematenkan teknologi pengolahan nikel kadar rendah ini di lima negara, yaitu Indonesia, Jepang, New Caledonia, Philipina, dan Kanada.
Ia mengutarakan, selama ini pabrik hanya mengambil saprolit yang berada di bagian bawah tanah. Sebelum diambil bagian bawah, maka harus membongkar dulu bagian atas. Saat ini, nikel kadar rendah (bagian atas) hanya menjadi overburden, karena pengolahan limonit menggunakan teknologi pirometalurgi dinilai tidak ekonomis.
Disebutkan, saat ini ada 6 pabrik mulai berjalan menggunakan metode HPAL untuk memproduksi limonit. Dari 6 smelter ini, bisa menghasilkan 241 ribu ton nikel di tahun 2025. Untuk menghasilkan 241 ribu nikel, maka dibutukah 19 juta ton limonit. Cadangan limonit Indonesia sekitar 3,6 miliar ton.
Menurunya, limonit mengandung nikel kadar rendah, katakan kadarnya 1%. Sisanya, 99% tidak terpakai atau menjadi limbah. HPAL memproduksi lebih dari 1,5 juta ton limonit.
“HMI sudah lisensikan hak patennya, yaitu teknologi STAL yang menghasilkan produk intermediate sebelum menjadi baterai prekursor atau katoda. Intermediate produknya MHP. STAL pun dapat mengolah limbah dari proses produksi MHP menjadi produk yang berharga. Jadi semuanya punyai nilai uang,” jelasnya.
Dipaparkan, teknologi STAL dijalankan dengan temperature maksimum 700 derajat celcius. Material diolah dengan cara diekstraksi dengan sulfur acid sehingga dapat mereaksi unsur magnesium.
“Untuk mereaksi unsur magnesium, maka sulfur acid dibanyakin biar pekat, sehingga magnesiumnya bereaksi,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini teknologi STAL sudah dinilai layak masuk ke komersial skill. Tahun ini STAL akan membuat pabrik komersial pertama yang segera di-groundbreaking di Bogor, Jawa Barat.
Teknologi STAL yang mengolah limonit dapat mendukung program green energy, karena dapat mengolah hingga sisa hasil pengolahan (SHP) material limonit. Selain juga mendukung program baterai kendaraan listrik, lantaran limonit saat ini diproduksi untuk prekursor dan katoda baterai kendaraan listrik. (Syarif).