Beranda Korporasi Banyak Tawaran Kerja Sama, Vale Indonesia Semakin Dilirik Perusahaan Global

Banyak Tawaran Kerja Sama, Vale Indonesia Semakin Dilirik Perusahaan Global

598
0
Head of Communications PT Vale Indonesia, Bayu Aji (tengah), Senior Coordinator Communications, , Suwarny Dammar, dan Growth Project Communication, Mahendra saat media gathering di Jakarta, Senin sore (17/4/2023). Foto: nikel.co.id.

NIKEL.CO.ID, 17 April 2023-Proyek-proyek PT Vale Indonesia Tbk (INCO) banyak dilirik perusahaan besar berskala global. Kuncinya, kata Head of Communications Vale Indonesia, Bayu Aji, perusahaan fokus menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan.

Perusahaan nikel asal China, Zhejiang Huayo Cobalt Co dan produsen mobil asal Amerika Serikat, Ford Motor Co sudah menjalin kerja sama dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) untuk membangun proyek smelter nikel di Pomaala, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) ini, akan menyerap bijih nikel kadar rendah atau limonit 120 ribu ton per tahun untuk diolah menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP).

Produk olahan limonit dari smelter HPAL  ini selanjutnya di-mixing bersama material lain sebagai komponen pembuatan sel baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) untuk mendukung  kebutuhan Ford.

Saat proyek pembangunan smelter HPAL di Pomaala sedang berjalan, ada informasi dari Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, pada Senin (17/4/2023), bahwa VW melalui PowerCo akan bekerja sama dengan sejumlah perusahaan, termasuk perusahaan nasional, untuk membangun ekosistem baterai EV di Indonesia.

Bahlil mengutarakan, VW di antaranya akan bekerja sama dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Ford, dan Huayo yang sedang membangun smelter HPAL di Sulawesi Selatan.

Ketika dikonfirmasi kepada Head of Communications PT Vale Indonesia, Bayu Aji, dia belum bisa menjelaskan lebih jauh terkait pernyataan Menteri Bahlil. Namun Bayu menginformasikan pertimbangan perusahaan-perusahaan besar berskala global tertarik bekerja sama di proyek-proyek Vale Indonesia.

“Bagi Vale, bagaimana perusahaan bisa terus menambang secara berkelanjutan. Laporan Keberlanjutan Vale sudah dilakukan sejak 2011, jauh sebelum pemerintah membuat ketentuan perusahaan mensyaratkan membuat laporan keberlanjutan,” kata Bayu didampingi Senior Coordinator Communication, Suwarny Dammar dan Growth Project Communication, Mahendra saat media gathering di Jakarta, Senin sore (17/4/2023).

Bayu memastikan perusahaan besar seperti Ford dan perusahaan global lainnya pasti concern-nya sama, proses pertambangan berkelanjutan. Meskipun di Indonesia banyak perusahaan pertambangan, ketika menyangkut praktik pertambangan keberlanjutan, tidak mudah. itulah yang menjadi faktor pembeda Vale yang concern pada praktik berkelanjutan dari pra hingga pascapertambangan dengan menerapkan environment, social, and governance (ESG).

Ia mengutarakan, Vale memiliki historis panjang mengenai praktik pertambangan berkelanjutan yang sudah diterapkan di Sorowako, Sulawesi Selatan. Hingga saat ini sudah banyak perusahaan besar global berkunjung ke kawasan pertambangan Vale di Sorowako.

“Vale komitmen praktik pertambangan berkelanjutan yang sudah berlansung di Sorowako akan dibawa ke proyek-proyek Vale lainnya, seperti di Pomaala dan Morowali,” ujarnya.

Bayu mencontohkan, Ford sebenarnya sudah lama menjajaki kerja sama dengan Vale. Manajemen baru mem-publish ketika secara resmi disampaikan langsung oleh Presiden Jokowi belum lama ini. Perusahaan otomotif Amerika Serikat, Tesla pun sebelumnya berkunjung ke kawasan pertambangan Vale di Sorowako.

Dirinya mengakui, Indonesia sebagai negara pemilik sumber daya dan cadangan bijih nikel terbesar dunia sedang dilirik perusahaan besar global. Karena itu, dia menekankan, yang harus ditingkatkan adalah praktik pertambangan berkelanjutan.

Bayu berpandangan, perusahaan lain mungkin menganggap proses pertambangan berkelanjutan mahal. Tapi bagi Vale tidak mahal, jika cara berpikirnya untuk jangka panjang. Dia lantas mencontohkan PLTA yang dibangun Vale, biayanya memang besar.  

“PLTA merupakan energi berkelanjutan, renewable energy. Jadi energi berkelanjutan itu sebenarnya tidak mahal.  Kita jangan hanya berpikir untuk jangka 5 atau 10 tahun, berpikir lah untuk jangka 20 tahun, maka akan lebih murah. Sekarang, kalau dicari penghasil nikel dengan biaya operasional terendah salah satunya Vale, karena menggunakan PLTA,” paparnya.

Jika di Sorowako Vale menggunakan energi PLTA, disampaikan Bayu, untuk proyek smelter berdaya 500 megawatt di Morowali, Sulawesi Tengah, rencananya Vale akan menggunakan gas alam cair (LNG). Namun, untuk smelter di Pomaala, Sulawesi Tenggara, masih dalam kajian manajemen. Yang pasti tidak menggunakan energi dari batu bara.

“Vale melakukan banyak studi untuk mendukung net zero emission Indonesia di 2050. Untuk ketersediaan energi, misalnya, Vale sedang mengkaji penggunaan LNG, biomassa, hingga solar panel. Vale sedang mengkaji sumber-sumber energi yang memungkinkan digunakan,” imbuhnya.

Bayu mengatakan, proyek smelter HPAL di Pomaala yang dibangun Vale bekerja sama dengan Ford dan Huayo akan menyerap 120 ribu ton limonit per tahun, smelter HPAL di Sorowako menyerap 60 ribu ton limonit per tahun, sedangkan smelter RKEF di Morowali diperkirakan menyerap bijih nikel kadar tinggi atau saprolit sebesar 73 ribu ton per tahun. (Syarif/Rusdi)

Artikulli paraprakStafsus Menteri ESDM: Tahun Politik 2024 antara Bisnis dan Politik Harus Dipisahkan
Artikulli tjetërPerusahaan Raksasa Global Membangun Ekosistem Baterai di Indonesia