NIKEL.CO.ID, 10 April 2023-Media Rusia baru-baru ini melansir berita Presiden Prancis, Macron dan Presiden Komisi Eropa Von der Leyen melakukan kunjungan ke China untuk memastikan pasokan logam tanah jarang yang stabil ke Eropa. Tanah jarang dinilai sangat penting untuk transisi energi hijau dari gas tradisional, minyak, batu bara, dan tenaga nuklir.
Tanah jarang bisa dijadikan pilihan untuk memperbarui sistem energi Eropa dalam menghadapi penurunan tajam dalam perdagangan energi dengan Rusia. Pasar luar negeri memiliki ketergantungan yang tinggi dari China. Karena pembangunan pembangkit listrik tenaga surya, produksi motor dan mobil listrik membutuhkan bahan tanah jarang dalam jumlah besar. Pasokan bahan tanah jarang yang stabil di Tiongkok sangat penting untuk transisi energi Uni Eropa.
Kebutuhan tanah jarang yang tinggi, perusahaan pertambangan BUMN Swedia, Luossavaara-Kiirunavaara Aktiebolag (LKAB) menyisir Eropa dan mengeklaim telah menemukan deposit oksida rare earth atau logam tanah jarang terbesar di Eropa pada Jumat, 13 Januari 2023. LKAB menemukan rare earth atau biasa disebut tanah jarang di sekitar tambang bijih besi di Kiruna yang terletak di ujung utara negara tersebut.
LKAB berobsesi, penemuan cadangan raksasa logam tanah jarang ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan dari Beijing, China. Negara Tirai Bambu selama ini kerap menggunakan ‘diplomasi’ logam tanah jarang untuk menekan negara-negara Uni Eropa. China mendominasi pasar logam tanah jarang dengan memproduksi lebih dari 80 persen kebutuhan global dan menyuplai Eropa dengan sekitar 95 persen dari pasokannya.
Rare earth atau tanah jarang adalah logam yang langka dan hanya sedikit negara di dunia yang memilikinya. Logam tanah jarang merupakan mineral yang bersifat magnetik dan konduktif, banyak digunakan di perangkat elektronik seperti ponsel, tablet, dan speaker. Logam tanah jarang juga dimanfaatkan untuk sektor lainnya, mulai dari bidang kesehatan, otomotif, penerbangan, hingga industri pertahanan.
Daerah di Indonesia Penghasil LTJ
Semakin santer diskursus menekan global warming, setiap negara berlomba menggunakan energi ramah lingkungan (green energy) untuk menghindari penggunaan emisi karbon (CO2) yang tinggi. Termasuk Indonesia, yang sudah sampai tahapan pengembangan nikel sebagai bahan baku katoda baterai listrik. Kendati minim memiliki sumberdaya dan cadangan lithium sebagai bahan baku anoda baterai listrik.
Pemerintah Indonesia bahkan ingin menjadi salah satu raja baterai kendaraan listrik dunia, lantaran didukung nikel yang melimpah, dan memiliki cadangan kobalt, mangan, grafit, sebagai komponen baterai kendaraan listrik.
Baterai dan kendaraan listrik pun membutuhkan material campuran dari logam tanah jarang. Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi, Kementerian ESDM, melaporkan berbagai tipe rechargeable batteries yang banyak mengandung cadmium (Cd) atau timbal (Pb), sekarang digantikan dengan baterai rechargeable lanthanumnickel-hydride (salah satu jenis logam tanah jarang).
Lantaran itu, PSDMBP Badan Geologi telah melakukan kegiatan penyelidikan/eksplorasi tanah ajarang atau rare earth secara rutin sejak maraknya pencarian komoditas ini. Hal ini disebabkan adanya kelangkaan dan harganya yang melambung tinggi pada 2010 akibat pengurangan pasokan dari Tiongkok sebagai produser utama dunia.
Eksplorasi tanah jarang dilakukan di berbagai daerah untuk berbagai tipe cebakan, seperti di daerah Parmonangan (Sumatera Utara), Belitung, Ketapang (Kalimantan Barat), Banggai (Sulawesi Tengah), Papua Barat untuk tipe lateritik dan Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah untuk endapan tipe plaser.
Diharapakan hasil Tim Kelompok Kerja Inventarisasi dan Eksplorasi Sumber Daya dan Cadangan Logam Tanah Jarang dapat dijadikan sebagai data dasar untuk mengetahui sebaran dan sumber daya LTJ dalam mendukung pengembangan industri berbasis logam tanah jarang.
Data Kementerian ESDM, potensi LTJ terbesar berada di Kepulauan Bangka Belitung, mencapai 207.397 ton dengan rincian 186.663 ton berupa monasit dan 20.734 ton senotim. Ada pula potensi LTJ di Sumatera Utara sebesar 19.917 ton, dan LTJ dalam bentuk laterit di Sulawesi Tengah 443 ton dan di Kalimatan Barat 219 ton.
Ridwan Djamaluddin ketika menjabat Dirjen Minerba saat RDP dengan Komisi VII DPR RI, 11 April 2022, menyebutkan, saat ini pemanfaatan LTJ di Indonesia masih dalam tahap eksplorasi. (Syarif)