NIKEL.CO.ID, 15 November 2022 – CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Alexander Barus mengatakan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) diagendakan akan meresmikan dua pabrik katoda baterai kendaraan listrik atau komponen baterai electric vehicle (EV) milik PT Huayue Nickel Cobalt dan PT QMB New Energy Material di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah.
Hal ini seiring dengan kebijakan program pemerintah untuk membangun hilirisasi industri nikel dan menjadikan Indonesia sebagai negara produsen baterai terbesar di dunia. Langkah awal adalah membangun pabrik pembuatan komponen baterai EV tersebut.
“Sudah disampaikan bahwa Presiden akan datang ke Morowali untuk meresmikan pabrik, dalam pengertian bahwa ini kita sebut pabrik baterai, tapi pada dasarnya ini adalah pabrik yang dibangun untuk menghasilkan katoda untuk baterai mobil listrik,” kata Alex yang dilansir CNBC Indonesia pada program “Mining Zone”.
Menurut Alex, pemerintah memiliki ambisi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri baterai listrik untuk kebutuhan kendaraan listrik dunia. Dalam perkembangan terbaru saat ini, sudah ada dua pabrik komponen baterai kendaraan listrik yang telah beroperasi di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah.
Dua pabrik itu adalah PT Huayue Nickel Cobalt yang memiliki kapasitas produksi katoda 70.000 ton nikel kobalt (Ni-Co) per tahun dan PT QMB New Energy Material yang memiliki kapasitas 50.000 ton nikel sulfida dan nikel kobalt (Ni-Co) per tahun. Sehingga total komponen baterai EV yang sudah beroperasi di IMIP ini mencapai 120.000 ton per tahun.
“Saat ini kedua pabrik yang telah beroperasi yaitu Huayue dan QMB New Energy Material yang keduanya berkapasitas 120.000 metrik ton nikel-kobalt-mangan,” ujarnya.
Alex juga mengungkap bahwa selain dua pabrik komponen baterai EV tersebut, masih ada dua proyek pabrik baterai EV lainnya yang sedang dibangun di Kawasan Industri Morowali.
Dari semua pabrik komponen baterai EV yang ada di Morowali itu total berkapasitas 240.000 ton nikel sulfida dan nikel kobalt per tahun.
Dia menambahkan bahwa total kapasitas produksi komponen baterai EV yang terdapat di dalam satu kawasan ini merupakan salah satu terbesar di dunia.
“Jadi kapasitas (komponen baterai EV) di Morowali itu 240.000 metrik ton nikel. Itu sebetulnya sudah besar, termasuk paling besar di dunia dari empat pabrik kita ini,” tambahnya.
Untuk mewujudkan Indonesia menjadi raja baterai EV dibutuhkan dua langkah yang harus dilakukan. Meskipun memiliki kapasitas yang diklaim terbesar di dunia.
Dua langkah itu, Menurut Alex, pertama adalah dengan mengkonsolidasikan semua pabrik baterai prekursor katoda di Indonesia, dan yang kedua adalah membangun pabrik material anoda.
“Dengan demikian, dua komponen utama ini sudah ada, tinggal kita impor lithiumnya. Sehingga kita bisa pack dengan sempurna menjadi baterai siap pakai,” tukasnya. (Shiddiq)