
NIKEL.CO.ID, 21 April 2022-PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk memiliki beberapa anak perusahaan, salah satunya PT Gag Nikel. Perusahaan ini melakukan kegiatan pertambangan nikel di Pulau Gag di Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Saat ini, perusahaan sudah merencanakan pembangunan smelter nikel di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong, Papua Barat.
PT Gag Nikel yang didirikan pada tahun 1998 adalah salah perusahaan pemegang Kontrak Karya Gen VII. Kepemilikan saham PT Gag Nikel dimiliki oleh BHP APN sebesar 75% dan ANTAM sebesar 25%. Pada tahun 2008 ANTAM mengakuisisi kepemilikan 100% saham BHP APN sehingga ANTAM merupakan 100% pemegang saham PT Gag Nikel, baik secara langsung maupun tidak langsung.
PT Gag Nikel telah mengantongi Persetujuan Kelayakan Usaha Pertambangan dari Kementerian ESDM pada 4 Agustus 2014. Kemudian di 2015, PT Gag Nikel memperoleh Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk kegiatan operasi produksi nikel dan sarana penunjangnya berdasarkan Surat Keputusan BKPM No. 19/1/IPPKH/PMA/2015.
“PT Gag Nikel merupakan salah satu dari 13 perusahaan yang diperbolehkan untuk melaksanakan kegiatan penambangan terbuka di wilayah hutan lindung berdasarkan Keppres Nomor 41 Tahun 2004,” kata Direktur Utama PT ANTAM Tbk, Nicolas D. Kanter.
Masih di tahun 2015, PT Gag Nikel memperoleh persetujuan permulaan tahap konstruksi dari Kementerian ESDM berdasarkan Surat Keputusan No. 324.K/30/DJB/2015 yang berlaku sampai dengan 30 November 2017. Dengan adanya persetujuan tersebut, maka PT Gag Nikel memulai pembangunan sarana dan prasarana tambang untuk menujang kegiatan operasi produksi. Sarana dan prasarana tambang yang dibangun yaitu akses jalan utama, kolam pengendapan, stockyard dan jetty.
Diutarakan Nicolas, saat progress pembangunan sarana dan prasarana konstruksi telah mencapai 90%, maka PT Gag Nikel mengajukan permohonan untuk dilakukan verifikasi progress kepada Kementerian ESDM, serta mengajukan permohonan peningkatan izin ke tahap operasi produksi. Pada 30 November 2017, PT Gag Nikel memperoleh Izin Operasi Produksi berdasarkan Surat Keputusan Nomor 430.K/30/DJB/2017.
Nicolas menjelaskan, pertimbangan PT Gag Nikel melakukan kegiatan usaha pertambangan di Pulau Gag didasarkan dari hasil kajian di kawasan Pulau Gag memiliki cadangan nikel terbaik sebagai hasil pelapukan dari sebaran batuan ultrabasa yang tersingkap di Pulau Gag. Dari hasil kegiatan eksplorasi yang dilakukan sampai dengan 31 Desember 2021 didapati cadangan dengan kualitas saprolit memiliki kadar rata-rata Ni 1.91% sebesar 51.50 juta wmt. Sedangkan untuk limonit memiliki kadar rata-rata Ni 1.61% sebesar 14.81 juta wmt.
Ia mengungkapkan, cadangan nikel di Pulau Gag ini masih dapat bertambah melalui kegiatan eksplorasi lanjutan, dikarenakan cadangan nikel yang terlapor baru sekitar sepertiga dari luas sumberdaya nikel yang ada di Pulau Gag.
Di tahun 2018, produksi bijih nikel saprolite dan limonite yang dihasilkan PT Gag Nikel sebesar 912.899 wmt. Kemudian di tahun 2019 produksiya 1.803.561 wmt, di tahun 2020 sebesar 1.124.151 wmt, dan di tahun 2021 produksinya 3.000.000 wmt.
“Hasil produksi bijih nikel saprolite dan limonet ini dipasarkan ke smelter yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Luas Kontrak Karya PT Gag Nikel 13.136 hektare, terdiri atas luas daratan 6.060 hektare dan lautan 7.076 hektare. Wilayah yang memiliki potensi kandungan bijih nikel, yaitu dua pertiga dari luas Pulau Gag merupakan daerah potensi nikel, dan sepertiga lainnya merupakan daerah vulkanik, dan telah dilakukan kegiatan eksplorasi.
“Untuk kegiatan eksplorasi detail difokuskan di area central zone, sehingga masih terdapat potensi peningkatan cadangan dengan melakukan eksplorasi detail di area selain central zone,” jelas Nicolas.
Ekspansi ke Smelter Pirometalurgi
PT Gag Nikel terus mengepakkan sayap bisnisnya di sektor nikel. Saat ini perusahaan sudah merencanakan pembangunan pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong, Papua Barat. Untuk rencana hilirisasi, PT Gag Nikel saat ini masih dalam proses kesepakatan dengan mitra strategis yang diinisiasi oleh pemegang saham. Smelter pirometalurgi yang mengolah saprolit menggunakan teknologi Rotary Klin Electric Furnace (RKEF).

Nicolas mengatakan, saat ini ANTAM berfokus untuk mengoptimalkan operasional perusaahaan agar mampu menghasilkan pencapaian kinerja yang positif. Untuk komoditas nikel, ANTAM optimis mampu kembali mencatatkan kinerja positif di tahun 2022, seiring dengan kualitas produk komoditas nikel ANTAM yang sesuai dengan kebutuhan pasar baik pasar global (untuk komoditas feronikel) dan pasar domestik (untuk komoditas bijih nikel).
Ia menyebutkan, saat ini produk feronikel ANTAM memiliki pasar di India, Tiongkok, Korea Selatan, dan Taiwan sementara utuk produk bijih nikel diserap pasar domestik.
Terkait dengan proyek pengembangan usaha, masih menurut Nikolas, saat ini ANTAM sedang menyelesaikan tahap konstruksi proyek pembangunan pabrik feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara yang memiliki kapasitas terpasang sebesar 13.500 TNi per tahun. Dalam hal pengembangan hilirisasi komoditas bauksit, saat ini ANTAM terus berfokus dalam pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang dikembangkan bersama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGAR per tahun (Tahap 1).
“Pada prinsipnya ANTAM akan terus berfokus pada ekspansi pengolahan mineral bersifat hilir, melakukan perluasan basis cadangan dan sumber daya, menjalin kemitraan untuk mengembangkan produksi mineral olahan baru dari cadangan yang ada, menurunkan lebih lanjut cash cost dan meningkatkan daya saing biaya, serta peningkatan kinerja bisnis inti untuk meningkatkan revenue perusahaan,” paparnya.
Pada prinsipnya, ANTAM akan berupaya mempertahankan dan meningkatkan capaian kinerja di tahun 2021 dimana perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,86 triliun. Sementara terkait target perusahaan yang berhubungan dengan aspek keuangan, performa kinerja keuangan perusahaan turut pula dipengaruhi oleh tingkat harga jual komoditas internasional maupun domestik yang berfluktuasi dan berada di luar kontrol perusahaan. (Varrel/Syarif)