
NIKEL.CO.ID, 25 Maret 2022-Perusahaan Tesla menyatakan persetujuannya memenuhi persyaratan Pemerintah Indonesia dalam kerja sama investasi untuk pengembangan baterai lithium di Indonesia.
Hari masih pagi ketika Luhut Binsar Pandjaitan ditelepon pihak Tesla dari Amerika. Dari balik telepon, Tesla mengutarakan kembali niatnya ingin berinvestasi di Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ini menyambut baik rencana pihak Tesla. Namun, ia juga menyampaikan ada persyaratan tertentu yang harus dilakukan Tesla, jika ingin bekerja sama dengan Indonesia.
“Tadi pagi, saya ditelepon dari Amerika, Tesla bilang dia mau bikin deal sama kita,” kata Luhut dalam acara Closing Ceremony Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2022 di Nusa Dua Bali, Jumat (25/3/2022).
Diutarakan Luhut, Tesla harus memenuhi tahapan persyaratan yang ditetapkan Pemerintah Indonesia.
Perusahaan milik Elon Musk bukan kali pertama mengungkapkan rencana mau berinvestasi di Indonesia. Beberapa waktu lalu Tesla menyampaikan rencananya menanamkan investasi dalam pengembangan baterai lithium di Tanah Air.
Namun, Luhut menegaskan bahwa Tesla harus menyepakati syarat yang dibuat Pemerintah Indonesia, bukan persyaratan yang dibuat oleh pihak Tesla.
“Saya nggak mau kalau datang deal, jangan kau (Tesla) yang bikin syarat ke kami. Saya yang bikin syarat ke kamu,” kata Luhut.
Menurutnya, perjanjian kerja sama itu pula yang dilakukan antara Pemerintah Indonesia dengan Tiongkok. Luhut memastikan Tiongkok tidak pernah memberikan syarat kepada Pemerintah Indonesia. Salah satu poin kerja sama investasi itu melalui mekanisme business to business (B to B).
Dalam perjanjian kerja sama investasi B to B, jelas Luhut, harus ada transfer teknologi, first class technology, dan harus yang ramah lingkungan.
Pihak Tesla ternyata menyatakan kesediaannya memenuhi persyaratan dari Pemerintah Indonesia. Luhut pun bilang, “Oke deal.”
Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia sedang mengembangkan baterai listrik untuk kebutuhan kendaraan listrik (electric vehicle). Indonesia memiliki banyak bahan baku untuk baterai listrik, salah satunya nike. Nikel diolah menjadi katoda sebagai energi atau power baterai listrik.
Hanya saja, selama ini Indonesia masih impor lithium yang juga dijadikan bahan baku campuran untuk baterai listrik. Saat ini Indonesia sudah melakukan kerja sama dengan dua perusahaan asal China dan Korea Selatan, yakni CATL dan LG. Dua perusahaan tersebut diklaim menguasai 55% pangsa pasar baterai kendaraan listrik dunia. (Mike)