NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Pada 18 Maret 2024, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengeluarkan rilis Indonesian Nickel Price Index (INPI).
Untuk komoditas bijih nikel dengan kandungan 1,2%, transaksi CIF berada di kisaran US$20,3–US$23,3/dmt atau naik US$0,4/dmt dari 11 Maret 2024. Rerata bijih nikel dengan kandungan tersebut adalah US$21,8/dmt.
Bijih nikel dengan transaksi CIF kandungan 1,6% berada di kisaran US$36,3–US$38,3/dmt atau stagnan dari 11 Maret 2024. Rerata bijih nikel dengan kandungan tersebut adalah US$37,3/dmt.
Nickel pig iron (NPI) dengan transaksi FOB berada pada kisaran US$115,6–US$115,6/dmt atau turun US$0,2/dmt dari 11 Maret 2024. Rerata NPI dengan transaksi tersebut adalah US$115,6/dmt.
Berdasarkan data dari Trading Economics pada Selasa (18/3/2024), harga nikel di pasar global terpantau US$17.892,50/mt dari sebelumnya US$17.865.50/mt pada Minggu (17/3/2024).
Nikel terutama digunakan dalam produksi baja tahan karat dan paduan lainnya dan dapat ditemukan dalam peralatan persiapan makanan, telepon seluler, peralatan medis, transportasi, bangunan, pembangkit listrik.
Produsen terbesar nikel adalah Indonesia, Filipina, Rusia, Kaledonia Baru, Australia, Kanada, Brasil, Cina, dan Kuba. Kontrak berjangka nikel tersedia untuk diperdagangkan di London Metal Exchange (LME).
Kontak standar memiliki berat 6 ton. Harga nikel yang ditampilkan di Trading Economics didasarkan pada instrumen keuangan over-the-counter (OTC) dan contract for difference (CFD).
Peluncuran acuan INPI ini merupakan kerja sama antara APNI dan Shanghai Metals Market (SMM) yang telah resmi ditandatangani pada ASEAN Ni-Cr-Mn- Stainless Steel Industry Chain Summit 2023 Bali pada Selasa, (28/11/2023).
Penandatanganan itu dilakukan oleh Ketua Umum APNI, Komjen Pol (Purn.), Nanan Soekarna, didampingi oleh Sekum APNI, Meidy Katrin Lengkey, dengan CEO SMM Adam Fan di Discovery Kartika Plaza Hotel, Badung, Bali. (Aninda)